Menyelam bisa jadi pilihan untuk menikmati keindahan alam bawah laut. Namun, siapa sangka para penyelam, khususnya pemula, turut andil dalam merusak karang di Indonesia.
“New divers, mereka juga merusak karang, mereka pegang karang, injak karang,” kata konsultan wisata bahari Christian Fenie saat menggelar talkshow di acara Deep and Extreme, di Jakarta, Kamis (30/4).
Menurut Fenie, banyak penyelam-penyelam pemula yang tidak paham mengenai karang dan dengan bebasnya menyentuh karang-karang itu. Selain itu, minimnya keterampilan yang dimiliki membuat mereka tidak bisa mengatur diri mereka saat menghadapi arus.
“Education (yang terpenting). Kalau kamu punya skill, spotnya sesuaikan sama kamu punya skill, kalau kamu sudah jago tentu tidak akan bikin rusak. Kalau yang tidak punya skill jangan dulu di laut di mana ada karang yang bagus,” tambah Fenie.
Fenie menyayangkan adanya operator-operator wisata bahari yang menawarkan aktivitas menyelam tanpa memperhatikan prosedur dan ketentuan yang ada. Para operator, menurut Fenie, cenderung mementingkan keuntungan bagi mereka sendiri tanpa melihat kelestarian alam ke depannya.
“Ini kan karena para operator membawa orang-orang sembarangan ya mereka jadi pegang sembarangan, rusak semua, yang penting bayar. Mereka (operator wisata) tidak pusing, kita yang pusing,” lanjut Fenie.
Pengalaman selama 35 tahun di laut Indonesia membuat Fenie paham betul mengenai kondisi laut Indonesia saat ini. Banyak karang-karang mati akibat ulah tangan manusia dan juga kondisi alam.
“Tsunami, arus juga menghancurkan karang, tapi itu alam, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi alat tangkap ikan, bom, jangkar, limbah beracun, itu semua kena karang dan merusak ekosistem,” jelasnya.
Fenie menambahkan, data menyebutkan tahun 1980 Indonesia berpotensi menjadi pemilik karang nomor 1 di dunia. Kini, di 2015 Indonesia hanya berada di posisi ke-35 dan dengan status terancam. Jika tidak melakukan pembenahan, Fenie pun mengakui tidak menutup kemungkinan seluruh karang di Indonesia bisa mati.