Sejak tahun 1998, astrofisikawan yang bekerja di Parkes Observatory, Australia, dibingungkan oleh sinyal misterius yang dinamai peryton. Banyak orang meyakini bahwa sinyal itu berasal dari langit, mungkin dari alien. Sementara itu, astronom sendiri lebih yakin bahwa sinyal itu berasal dari Bumi, tetapi tak tahu dari mana.Emily Petriff dari Swinburne University dalam makalah penelitian berjudul "Identifying the Source of Perytons at the Parkes Radio Telescope" berhasil menjawab teka-teki sinyal itu.Bukannya berasal dari luar angkasa atau bahkan alien, sinyal itu ternyata bersumber dari sebuah microwave yang biasa dipakai astronom untuk memanaskan makanan. Bagaimana Petroff mengungkap sumber sinyal itu? Bagaimana pula sinyal dari microwave itu bisa terdeteksi?Fasilitas teleskop radio di Australia berada dalam wilayah yang sunyi sinyal. Sinyal dari telepon seluler, misalnya, otomatis diblokir.Awal tahun ini, Petroff meng-install monitor interferensi pada teleskop. Yang mengejutkan, peryton semakin sering terdeteksi, tiga kali dalam seminggu.Pemantauan dengan monitor itu menunjukkan bahwa peryton memiliki frekuensi 1,4 gigahertz. Di antara setiap peryton, ada sinyal lain dengan frekuensi 2,5 gigahertz."Itu membuat kita berpikir. Apa yang menghasilkan sinyal 2,5 gigahertz?" kata Petroff. "Jawabannya yang pasti adalah microwave."Namun, masih ada misteri. Peryton memiliki frekuensi 1,4 gigahertz. Petroff pun terus menyelidiki.Dia kemudian menemukan bahwa sinyal dengan frekuensi tersebut berasal dari microwave yang masih menyala, tetapi pintunya dibuka.Terungkap, sinyal itu ada dari kebiasaan para penggunanya yang membuka pintu sebelum microwave selesai bekerja.Kenyataan itu mungkin terdengar konyol. Namun, seperti diberitakan Vox.xom, riset yang kini makalahnya sudah masuk arXiv itu tetap berguna.Astronom kini berusaha memecahkan sinyal misterius lain yang diyakini dari luar angkasa, disebut Fast Radio Burst (FRB).Terungkapnya sebab peryton membuat astronom mampu lebih menyeleksi sinyal yang didapatkan. Mereka takkan tertipu oleh sinyal yang berasal dari Bumi saat mendeteksi FRB.