Ketika Anda bepergian, seringkali Anda menggunakan peta berbasis GPS sebagai penunjuk jalan. Namun, mengikuti petunjuk navigasi berbasis GPS tidak selamanya akurat, akibat keterlambatan sinyal yang diterima sehingga Anda bisa saja melewatkan satu belokan di jalan.
Berangkat dari masalah itu, para ilmuwan dari University of Texas di Austin kemudian mengembangkan aplikasi navigasi yang lebih akurat, dengan meng-upgrade keakuratan GPS. Pengembangan sistem perhitungan GPS menggunakan bantuan dari 32 satelit yang mengelilingi Bumi.
Sistem kerjanya adalah dengan mengakses sinyal dari satelit tersebut, lalu mengalkulasi jarak tiap satelit sehingga data yang dihasilkan dapat diberikan GPS untuk menunjukkan lokasi di mana penggunanya berada secara tepat.
Sinyal yang dikirim dari satelit GPS berisi informasi dalam bentuk gelombang berfrekuensi khusus. Tiap satu putaran gelombang mengelilingi satu puncak ke puncak satelit lainnya, digunakan sebagai penanda jarak. Gelombang ini lebih kecil daripada gelombang yang digunakan pada sistem GPS sebelumnya, yakni dari satuan feet (30,48 centimer) menjadi inci (2,54 centimeter). Ketika sinyal yang diterima mengalami keterlambatan, jaraknya sudah demikian kecil (dalam satuan inci), menyebabkan intersection atau titik potong semakin kecil sehingga estimasi lokasi otomatis menjadi lebih cepat.
Namun ternyata ada misi lain di balik tujuan perkembangan ketepatan navigasi peta yang dilakukan tim peneliti dari University of Texas ini. Mereka ingin menciptakan semacam kacamata yang memungkinkan pemakainya mendapatkan data pergerakan yang lebih tepat, sehingga kegiatan berjalan-jalan di lingkungan sekitar menjadi lebih lancar.