Ratusan orang berkumpul di Pantai Ujung Pancu, Aceh Besar pada, Minggu (10/5). Mereka berasal dari berbagai organisasi dalam rangka memperingati Hari Burung Migran Sedunia.
Koordinator kegiatan, Rubama Nusa mengatakan acara ini diselenggarakan untuk mengajak semua elemen masyarakat turut memperhatikan keberadaan burung migran.
"Pengamatan burung merupakan satu upaya yang dapat dilakukan. Dengan mengetahui keberadaan dan manfaat burung migran, masyarakat tentunya berpikir ulang jika mengusik habitat mereka," kata Rubama.
Menurutnya, banyak orang tidak tahu jika lokasi yang sehari-hari mereka lalui merupakan habitat burung migran. Pantai Ujung Pancu salah satunya.
Dalam pengamatan ini, Rubama melibatkan berbagai kalangan organisasi kemasyarakatan, terutama pemuda. Mulai dari usia SD hingga mahasiswa di Perguruan Tinggi.
"Walaupun bulan Mei sudah melewati masa migrasi, setidaknya kita masih bisa memerhatikan individu muda dari spesies yang tertinggal," katanya.
"Tahun ini, peringatan Hari Burung Migran Sedunia mengangkat tema Energy-make it bird-friendly. Dalam artian manusia sesungguhnya masih bisa menyalurkan sumber-sumber energi yang tidak mengganggu migrasi para burung. Infrastruktur jaringan listrik tegangan tinggi misalnya, dapat dibangun di area non migrasi. Atau bahkan dapat disalurkan di bawah tanah sehingga tidak mengganggu area penjelajahan burung," papar Rubama.
Di Indonesia, lanjutnya, pembangunan infrastruktur belum ramah terhadap kondisi lingkungan. Oleh karena itu, perlu dipikirkan pola pengembangan infrastruktur yang aman, bermanfaat dan ramah lingkungan.