Burung Migran Dikonsumsi, Mungkinkah?

By , Senin, 11 Mei 2015 | 12:15 WIB

Peringatan Hari Burung Migran Sedunia di Aceh dipusatkan di Ujung Pancu, Aceh Besar (10/5). Mungkinkah keberadaan burung migran ini mampu menjawab kebutuhan protein masyarakat?

Ketua kelompok Mahasiswa Pencinta Unggas (HIMPUS) Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Rizaky Ramadhan mengatakan Hari Burung Migran Sedunia hanyalah puncak seremoni peringatan saja. Tapi lebih penting lagi jika masyarakat luas tahu bahwa burung-burung migran ini membutuhkan bantuan agar tidak punah.

Cerek Pasir Mongolia, salah satu burung migran yang menyinggahi pantai di wilayah Aceh Besar. (Syafrizaldi)

"Di kampus, kami belajar banyak tentang unggas. Tapi tak banyak mahasiswa yang peduli dan memerhatikan keberadaan mereka, tarutama untuk jenis-jenis yang non konsumtif," katanya.

Menurut Rizky, kelompok unggas merupakan salah satu penyumbang protein bagi warga dunia. Belum banyak di antara jenis-jenis unggas yang dibudidayakan secara masal kecuali ayam dan bebek. Padahal, banyak jenis lain yang juga dapat memenuhi kebutuhan protein. Burung migran bisa jadi salah satu di antaranya.

Kuntul karang, burung yang mudah dijumpai di kawasan perairan dangkal ini tidak termasuk jenis burung migran. Burung ini memainkan peran penting dalam ekosistem perairan dangkal di pesisir Aceh Besar. (Syafrizaldi)

Namun, kata Rizky, menjadikan burung migran sebagai bahan konsumsi tentu butuh riset mendalam. Tidak serta merta jenis-jenis burung migran dapat dibudidayakan dan dikonsumsi.

Kelangkaan pangan, lanjutnya, mungkin saja akan menyasar sumber protein dari jenis-jenis yang selama ini belum terpikirkan. Kampus berperan penting melakukan kajian.

"Sejauh ini, belum banyak riset yang dilakukan untuk hal ini. Sesungguhnya ini peluang bagi kami serta staf pengajar," katanya.