Pengungsi asal Myanmar Terdampar dengan Kondisi yang Buruk

By , Kamis, 14 Mei 2015 | 21:00 WIB

Para pengungsi asal Myanmar dan Bangladesh yang terdampar di lepas pantai Thailand menghadapi kekurangan pangan dan mengaku harus minum air kencing sendiri. 

Wartawan BBC, Jonathan Head, sudah melihat langsung kapal yang membawa sekitar 350 pendatang tersebut terapung-apung di Laut Andaman. 

Para penumpangnya, termasuk sekitar 84 anak-anak, mengemis bantuan makan dan karena tidak memiliki cadangan air minum lagi maka ada yang minum air kencingnya. 

Operasi yang dilakukan pemerintah Thailand atas penyelundup manusia membuat para awak kapal tidak mau mendaratkan pendatang dan meninggalkan kapal dengan mesin yang dimatikan. 

Mahada Khatum (32) memperbaiki jala penangkap ikan di luar tempat tinggalnya, di permukiman pengungsi Rohingya, di Shamalapur, Chittagong, Banglades, 11 April 2014. Pada 12 tahun lalu, ia meninggalkan kampung halamannya di Zomgara Baharchara, Meherulla, Myanmar, akibat kekerasan sektarian dan diskriminasi yang dialami warga etnis Rohingya. Selama beberapa tahun terakhir, tercatat ada ratusan ribu warga Rohingya meninggalkan Myanmar untuk mengungsi ke Banglades. (Getty Images/Stringer)

Kapal tersebut sudah terkatung-katung sejak Minggu (10/5) pekan lalu sejak ditinggalkan awaknya. 

Pemerintah Indonesia dan Malaysia mengambil kebijaksanaan mengusir kapal pembawa pendatang gelap asal Myanmar dan Bangladesh. 

Juru bicara TNI, Mayjen Fuad Basya, kepada BBC Indonesia mengatakan para pengungsi yang berada di perairan Aceh diberi bantuan bahan bakar minyak dan juga makanan namun diminta memutar arah agar tidak mendarat di wilayah Indonesia. 

Warga Rohingya dikumpulkan ke dalam kamp-kamp di Myanmar. (Foto via BBC Indonesia)

Diperkirakan masih ada ribuan lain pendatang yang masih terkatung-katung di laut. 

Utusan khusus Organisasi Kerja Sama Islam, IOC, untuk Myanmar, Tan Sri Syed Hamid Albar, sudah menyerukan kepada Malaysia untuk mengizinkan agar 350 orang tersebut mendarat dengan alasan kemanusiaan. 

Sebagian dari pendatang itu ada yang sudah sempat mendarat di Aceh dan Pulau Langkawi, Malaysia.