Mengapa Burung Bermigrasi?

By , Jumat, 15 Mei 2015 | 14:30 WIB

Dalam kamus Dictionary of Birds disebutkan bahwa migrasi merupakan pergerakan populasi burung yang terjadi pada waktu tertentu setiap tahun, dari tempat berbiak menuju tempat mencari makan selama iklim di tempat berbiaknya itu tidak memungkinkan. Di tempat baru tersebut, burung-burung ini tidak akan berbiak, dan baru berbiak jika sudah kembali ke tempat asal pada musim berbiak berikutnya (Campbell, 1985).

Berkaca dari makna tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan migrasi yang dilakukan burung tersebut merupakan cara untuk beradaptasi berkaitan dengan ketersedian pakannya di alam akibat perubahan cuaca di tempat asalnya.

Secara garis besar, migrasi burung ini dapat dicermati dari lokasi dan waktu. Berdasarkan lokasi, migrasi ini terbagi atas migrasi arah (latitudinal migration) yaitu berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk mencari kondisi alam yang lebih baik, dan migrasi ketinggian (altitudinal migration). Untuk yang ini, perpindahan dilakukan karena perbedaan ketinggian di tempat hidupnya, bisa jadi karena bencana alam.

Sementara, migrasi berdasarkan waktu dikenal dengan istilah migrasi balik (return migration). Migrasi balik inilah yang paling populer yaitu burung yang berada di belahan bumi utara kala musim dingin datang akan berangkat ke bumi belahan selatan yang sedang musim panas. Tujuannya jelas untuk mencari makan. Ketika musim dingin di tempat asalnya, barulah ia akan kembali lagi.

Burung pemangsa, misalnya. Untuk mencapai Indonesia yang berada di ujung selatan Jalur Asia Timur (Eastern Asia Flyway), mereka akan bermigrasi melalui dua koridor. Koridor pertama adalah Koridor Daratan Timur (Eastern Inland Corridor) yang melalui jalur ini para raptor akan terbang dari tenggara Siberia melalui timur Tiongkok menuju semenanjung Malaysia, lalu mendarat di Indonesia yaitu Jawa, Bali, dan Lombok. Sementara Koridor Pasifik (Pacific Corridor) akan dilalui oleh burung-burung dari timur Rusia yang melewati Kepulauan Jepang dan Taiwan, lalu ke selatan Filipina dan menepi di wilayah Sunda Besar.

Diperkirakan, sekitar satu juta individu burung pemangsa ini akan melintasi Koridor Daratan Timur yang panjangnya diperkirakan sekitar tujuh ribu kilometer.  Sikep-madu asia (Pernis ptilorhynchus) maupun elang-alap nipon (Accipiter gularis) selalu menggunakan jalur ini saban tahunnya. Sedangkan yang mengunakan jalur Koridor Pasifik yang diperkirakan panjangnya sekitar lima ribu kilometer ini adalah elang-alap cina (Accipiter soloensis) maupun elang buteo (Buteo buteo).

Pada dasarnya, jalur yang dipakai burung-burung ini saat migrasi merupakan jalur yang tetap. Umumnya, wilayah daratan yang digunakan dan menghindari perairan terlebih yang lebarnya mencapai 25 kilometer. Karena jalurnya yang tetap ini, pengembaraan yang dilakukan kala menuju maupun meninggalkan tempat persinggahannya kala musim dingin tersebut dapat diketahui.

Wilayah yang akan dilaluinya ini memiliki tanda seperti daratan yang sempit, punggung bukit yang panjang, maupun daerah semenanjung. Mengapa daerah seperti ini yang dicari? Karena, koridor ini terbukti ampuh dalam hal menghemat energi serta dapat menghindari perairan lebar yang pastinya butuh energi besar untuk melintasinya.