Mengapa Jagung Menjadi Hasil Panen Terbesar di Tiongkok?

By , Rabu, 20 Mei 2015 | 20:30 WIB

Beras sudah sejak dahulu menjadi simbol pangan di Tiongkok. Ditanam dan dikembangkan pertama kali sejak 80.000 tahun lalu, produksi beras menjadi yang paling utama di negeri itu. Menurut data dari World Bank, kini hasil produksi panen jagung naik hingga 125%, menggeser posisi beras sejak 25 tahun terakhir.

Apakah warga Tiongkok kini beralih kegemaran mengonsumsi nasi menjadi jagung? Tidak. Mereka menggunakannya sebagai pakan binatang ternak.

Naiknya jumlah produksi jagung terkait penggunaannya sebagai pakan ternak dipacu pula oleh keinginan peternak untuk menghasilkan rasa daging yang enak, karena permintaan konsumen semakin tinggi untuk daging-daging ayam, sapi, dan babi yang mereka ternak.

Semakin banyaknya populasi rakyat Tiongkok yang pindah ke wilayah perkotaan menjadi salah satu faktor yang mendukung perubahan ini. Rakyat kelas menengah Tiongkok kini kerap mengonsumsi daging-dagingan dibanding waktu-waktu sebelumnya.

Tercatat bahwa setengah dari total jumlah produsen dan konsumen daging babi di seluruh dunia adalah warga Tiongkok. Tiap tahunnya, ada sebanyak 700 juta babi dan hewan ternak lainnya dipotong. Itu artinya, tiap satu ekor diternak untuk kebutuhan dua orang warga Tiongkok.

Angka itu cukup mengejutkan, mengingat sebelum abad ke-20, warga Tiongkok mendapatkan 90% asupan kalorinya dari pangan yang mengandung karbohidrat seperti nasi, gandum, atau buncis.