Suatu studi yang dilakukan tim peneliti dari Lund University dan Standford University mengungkap bahwa ekosistem semi-kering—tak hanya hutan hujan tropis—seperti sabana dan shrubland memainkan peran penting dalam pengaturan penyerapan karbon dioksida di Bumi.
Hutan hujan telah lama dikenal sebagai ekosistem yang secara produktif menyerap karbon dioksida di Bumi sehingga mengurangi efek rumah kaca. Namun, hutan hujan adalah tempat yang sudah sesak dengan pepohonan yang tumbuh subur dari tahun ke tahun, sehingga sulit untuk mencari lahan kosong untuk menanam tumbuhan lain sebagai penyimpan karbon.
Lain halnya dengan sabana, di mana lahan semi-kering yang cenderung subur di tahun basah ini masih terdapat ruang untuk lebih banyak tumbuhan yang bisa tumbuh dan dijadikan wadah penampung karbon dioksida. Selain itu, dengan kecenderungan tumbuhan di sabana yang lebih subur di musim hujan, ada fluktuasi besar dalam proses penyerapan karbon dioksida yang terjadi antara musim hujan dan musim kering.
Dengan demikian, pelestarian sabana-sabana yang dulunya masih dianggap sepele sekarang sudah harus mulai diperhatikan, karena perannya yang tak kalah penting sebagai penghambat pemanasan global Bumi.
Salah satu peneliti studi, Josep G Canadell, mengatakan, “Lahan-lahan sabana semakin berperan penting di masa depan saat Bumi menjadi semakin panas. Dengan meluasnya lahan semi-kering ini, berarti membantu mengembalikan fungsi planet.”
“Penelitian ini mengungkap pentingnya memberi perhatian pada lahan-lahan sabana dan semua ekosistem kering lainnya di seluruh dunia, yang sebelumnya masih ditelantarkan dan tak pernah diperhitungkan dalam diskusi terkait perubahan iklim,” tambah Benjamin Smith, seorang profesor Ilmu Ekosistem di Lund University.