Meski wanita Egtved ini telah tiada sejak 35.000 tahun lalu, ia memberikan gambaran kehidupan yang mengejutkan.
Analisis baru mengungkap bagaimana kehidupan wanita pada zaman Perunggu. Hasil analisis ini muncul saat ditemukannya tubuh wanita Egtved dalam kondisi baik di Denmark.
“Kami memiliki persepsi bahwa mereka hidup dalam kondisi sangat maju, seperti globalisasi baru,” ungkap Karin Fei, arkeolog di National Museum of Denmark.
Fei juga mengkhususkan diri untuk menganalisis variasi dalam komposisi molekul strontium, yakni unsur dalam batuan bumi yang terakumulasi dalam jaringan tanaman juga hewan.
Perbedaan variasi dari satu tempat ke tempat lain menciptakan tanda lokal khusus. “Ini seperti layaknya GPS geologi,” ujar Fei.
Hasil penyelidikan mengungkap bahwa gadis Egtved ini berasal dari barat daya Jerman dan kemudian melakukan perjalanan.
Namun para arkeolog belum mengetahui persis mengapa gadis ini melakukan perjalanan. Mereka meyakni bahwa di zaman itu, perjalanan dilakukan untuk memperluas aliansi.
Ketika gadis Egtved ini berusia 16 hingga 18 tahun, ia maninggal. Saat itu ia diyakni telah melakukan pernikahan untuk mengamankan aliansi atau tujuan perdagangan.
Sementara Flemming Kaul ahli Zaman Perunggu mengungkap, wanita Skandinavia era kadang-kadang memiliki kekuasaan politik.
"Ada kemungkinan bahwa wanita utara Zaman Perunggu mampu membuat negosiasi dan membangun persahabatan sendiri, dan tidak harus melalui hubungan pernikahan," kata Kaul.
Wanita Egtved akan mendapatkan keuntungan dari perubahan kebiasaan sosial yang mendorong kemurahan hati terhadap wisatawan dan tamu, membuat gerakan jarak jauh mungkin dan meletakkan dasar-dasar ekonomi berbasis perdagangan.
"Entah bagaimana dia akan lebih dan lebih misterius," kata Frei. "Dia ditemukan lama, dan masih memiliki jauh lebih banyak untuk memberitahu kami."