Solusi Perubahan Iklim: Apa Peran Kita?

By , Senin, 25 Mei 2015 | 18:30 WIB

Saya atlet amatir,  maka saya tahu bahwa bagian paling menakutkan dari maraton muncul pada malam sebelum lomba, ketika kita mengambil undian dan membayangkan semua rasa sakit yang bakal muncul dan semua kemungkinan buruk.  Namun, amat lega rasanya ketika pistol start akhirnya meletus dan kita mulai berlari––begitu kita bergerak, jarang terjadi rasa sakit sebanyak yang kita takutkan dan kesadaran akan hasil dapat menumbuhkan semacam euforia atau paling tidak, rasa gengsi.

Sebagai masyarakat yang menghadapi masalah terbesar yang pernah dibuat manusia terhadap diri mereka sendiri, kita telah menghabiskan dua dekade terakhir seperti malam yang dihabiskan atlet amatir sebelum lomba.  Kita memiliki serangkaian mimpi tentang bagaimana pertandingan mungkin dibatalkan (Pemanasan global tidak nyata! Pemanasan global mungkin baik untuk planet!) dan serangkaian mimpi buruk tentang kesulitan yang akan terjadi: perekonomian hancur, kehidupan ala manusia goa yang menyengsarakan.     

Namun, jelaslah bahwa bagi orang AS, bendera start segera diangkat.  Kongres mendesak melalui perundang-undangan pertamanya yang komprehensif tentang energi musim gugur lalu; meski semua pengamat tahu bahwa Presiden Bush tidak akan menandatangani pembatasan yang berarti tentang emisi karbon, sebagian besar orang juga percaya bahwa presiden berikutnya, tidak peduli dari partai mana ia berasal, pada akhirnya akan berkomitmen melakukan pemotongan emisi AS.  Sementara itu, komunitas internasional, setelah pemanasan melalui Protokol Kyoto, mengalami kesulitan dalam menentukan jalur dari pertandingan yang jauh lebih berat yang harus kita hadapi sekarang.  Penghujung tahun silam, negara-negara di dunia (AS bergabung pada saat-saat terakhir) berkumpul di Bali untuk menyusun kerangka kerja dalam menegosiasikan perjanjian iklim secara sungguh-sungguh.

Kita ketinggalan dalam memulai pertandingan ini.  Kita terbiasa berpikir, kita dapat memulai dengan perlahan dan meningkatkan kecepatan yang kita perlukan untuk mencegah bencana.  Namun, sebelum itu dimulai, kita melihat betapa cepat perubahan sedang terjadi.  Musim gugur silam, berita tentang pencairan es Laut Arktik yang cepat dan tidak diharapkan mengejutkan beberapa periset yang sampai pada pemikiran bahwa kita mungkin telah melewati level aman CO? di atmosfer.  Selain itu, pada Desember, James Hansen, salah satu pakar cuaca yang terkenal, mengatakan bahwa CO? dalam jumlah 350 bagian per sejuta mungkin mencerminkan ambang atas dari zona aman yang sebenarnya––dan kita telah berada 10 persen melampaui angka itu. Jika ia benar, kita perlu menghentikan emisi karbon secepat mungkin, tidak hanya menguranginya dan membiarkan sistem alami Bumi melakukan tugasnya dalam membersihkan sebagian CO? dari atmosfer.  Pendekatan kura-kura yang lambat dan mantap tidak akan berhasil––kita perlu mengubah diri menjadi campuran kelinci-kura-kura yang cepat dan mantap jika kita punya kesempatan untuk menutup kesenjangan itu.

!break!

Dengan kata lain, jelaslah bahwa kita punya banyak perangkat yang dibutuhkan untuk berhasil.  Energi terbarukan bukan lagi suatu khayalan pada jarak menengah––telah ada cukup kincir angin dan panel surya untuk membuat kita tahu isu ini dapat ditangani.  Lihatlah gambar-gambar dari Spanyol, Jerman, dan Montana.  Kita juga telah mempelajari banyak hal tentang penghematan: lampu CFL (segera akan menjadi satu-satunya jenis bola lampu yang dapat dibeli di Australia) hanyalah satu hal kecil dalam daftar yang panjang.  Inilah berita terkini yang paling penuh harapan: desember silam, datang kabar dari California tentang panel surya baru yang mungkin dijual sedikitnya satu dolar AS (sekitar Rp 9.000) per watt––lebih murah daripada listrik produksi pembangkit tenaga batu bara yang baru––dan dari kemungkinan terobosan dalam bidang batere lithium-ion yang akhirnya memungkinkan untuk membawa mobil listrik pada penggunaan yang luas.   

Namun yang lebih baik, kita memikirkan cara untuk membuat perangkat-perangkat itu berfungsi, setidaknya secepat kita memahami bagaimana membuat kincir-kincir angin berputar.  Musim gugur silam, sebagai contoh, McKinsey & Company (salah satu firma konsultasi terkemuka di AS) menerbitkan studi baru yang menunjukkan bagaimana AS dapat secara radikal mengurangi penggunaan energi pada 2030––dan uang yang dihemat akan mengganti biaya yang dihabiskan.  Karya tersebut segera diikuti analisis perekonomian global yang disiarkan musim semi silam oleh tim pemenang Nobel di IPCC: pada 2030, disimpulkan, dorongan yang diberikan untuk menyapih diri kita dari minyak, gas, dan batu bara akan memerlukan biaya hanya lebih dari sepersepuluh persen dari perekonomian dunia setiap tahun.  Kalaupun laporan itu meleset sebanyak nol koma nol satu persen, sebenarnya hanya diperlukan satu persen dari kekayaan warga AS setiap tahun dan itu bukan hal yang mustahil.  Uni Eropa telah menantang AS untuk memotong emisi karbon 30 persen pada 2020––sejauh ini AS belum mengambil keberanian itu, meskipun bisa.

Dalam kasus perubahan iklim, satu-satunya pilihan adalah mulai bertindak. Rencana untuk meneruskan apa yang kita lakukan sekarang sama sekali bukan  pilihan karena dari sudut pandang ekonomi, beberapa analisis telah memperkirakan bahwa kesengsaraan akibat melarikan diri dari perubahan iklim dapat mengurangi perekonomian global sebesar 20 persen.  Dari sudut pandang kemanusiaan, PBB secara bertahap telah menaikkan perkiraannya tentang seberapa banyak pengungsi yang mungkin tercipta, seberapa banyak kasus malaria yang mungkin terpicu, seberapa banyak spesies yang mungkin punah.

!break!

Menghadapi perubahan iklim, (sebagai contoh) AS harus mengurangi beban militer pada masyarakatnya karena tidak lagi perlu menjaga kilang dan sumur minyak yang kita hirup hidrokarbonnya dari seluruh dunia.  Jika tidak, haruskah kita mengambil risiko melapisi pantai yang berharga dengan minyak atau mengisi tempat rekreasi dan habitat kehidupan liar dengan alat-alat pengeboran minyak.  Bahkan di tingkat yang paling pribadi, suatu masyarakat yang mulai mencampakkan mobil untuk berjalan kaki atau bersepeda kadang-kadang akan menjadi masyarakat yang lebih sehat.

Barangkali yang paling berpengaruh, kita dapat mulai membangun kembali kesadaran komunal dan relasi kita.  Bahan bakar fosil yang murah telah menghantarkan kita secara tak terelakkan ke satu arah.  Kita mulai menjadi lebih global, lebih terspesialisasi, lebih terpecah-pecah.  Rata-rata gigitan makanan yang dimakan warga AS telah menempuh perjalanan hampir 2.400 kilometer untuk mencapai bibir warga tersebut.  Hal itu membawa biaya ekologis dan sosial yang tinggi: seseorang kehilangan kontak dengan para tetangganya.  Di dunia yang menangani karbon secara serius, kita tiba-tiba menemukan diri kita bergantung sekali lagi dengan mereka yang di sekeliling kita.  Kembali tentang makanan: kita perlu menghentikan pemesanan makanan siap saji dari bagian benua yang lain dan mulai membangun kembali pertanian lokal.  Sebenarnya, ini merupakan satu lokasi di mana kita telah memulai pertandingan.  Di AS sebagai contoh, pasar tradisional  hampir telah berlipat ganda jumlahnya selama dekade terakhir seiring para konsumen berburu pangan lokal yang segar.  Hal terbaik tentang pasar tradisional adalah para pembeli memiliki perbincangan sepuluh kali lebih banyak daripada para pembeli di pasar swalayan.  Inilah dunia yang lebih manis.

Ada banyak perubahan lain yang perlu dilakukan dalam kebiasaan selain teknologi.  Daripada terbang secara rutin, AS perlu membangun kembali jaringan kereta api; daripada membangun rumah secara berjauhan, perlu dibangun rumah yang saling berdekatan. AS perlu melihat kurang lebih seperti Eropa barat, di mana para penduduknya menggunakan kira-kira separuh dari energi per kapita dibandingkan penduduk AS.

Namun saat ini, tujuan akhir adalah kurang penting dibandingkan awal perjalanan. AS akhirnya harus keluar dari penghalang-penghalang, dari hal yang sepele, menuju pertandingan. Alasan-alasan AS (terutama “China melakukannya juga”) telah mulai menjadi rengekan.  AS adalah adidaya dunia? Satu-satunya cara membuktikannya dalam abad ini adalah melakukan pekerjaan hebat dengan menggunakan sedikit kekuatan (Dan kemudian menunjukkan bahwa AS masih tahu sesuatu tentang diplomasi non-militer dengan memahami paduan insentif yang memungkinkan untuk membujuk China dan India agar melakukan yang sama).  Dalam hal inilah AS diharapkan menjadi baik: bangsa yang menyingsingkan lengan baju, negara yang dapat berbuat.  Lebih dari itu, tanah kelahiran psikologi positif.

Pemanasan global sedang mulai terjadi. Meskipun Washington DC menolak bergeser ke perubahan iklim, pemerintah lokal dan negara bagian mulai melakukan perubahan nyata. Ada batas-batas tentang seberapa banyak yang dapat dicapai, tetapi ini merupakan pemanasan, siap untuk berlari.  Di tahun silam demonstrasi-demonstrasi di seluruh 50 negara bagian telah mendesak para politisi untuk mulai bertindak.  Kita semua tahu garis akhir: menghentikan kebiasaan kita sendiri dari batu bara, gas, dan minyak.