Pesan BJ Habibie untuk Ilmu Pengetahuan

By , Senin, 25 Mei 2015 | 22:30 WIB

Sejak kemerdekaan Indonesia diproklamirkan 17 Agustus 1945, sudah dibuat rencana pembentukan suatu akademi ilmu pengetahuan, lengkap dengan bagan kerja dan hubungannya dengan pemerintah, universitas dan sektor swasta. Rencana itu kemudian diterbitkann oleh O.S.R. News, suatu kumpulan publikasi rutin dari Organization for Scientific Research in Indonesia, pada bulan Mei 1950. Namun, rencana itu baru berhasil dibuat nyata di tahun 1990, empat dasawarsa setelahnya. Berdasarkan UU No.8 Tahun 1990, Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia ini resmi didirikan, dengan diprakarsai oleh Prof. B.J. Habibie, (alm.) Prof. Fuad Hassan, dan (alm.) Prof. Samaun Samadikun.

Pada tanggal 24 Mei 2015 lalu, dalam rangka perayaan 25 tahun hari jadi AIPI, Bapak BJ Habibie memberikan pidato di hadapan Sidang Paripurna Terbuka Akademi Ilmu Pegetahuan Indonesia. Sidang terbuka itu dilaksanakan di kediaman beliau di Patra Kuningan, Jakarta.

Dalam pidatonya beliau  mengucap syukur atas berdirinya AIPI, terhitung tanggal 13 Oktober 1990 sejak UU tentang Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia ditandatangani Presiden Soeharto. Ke depannya, beliau berharap pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia semakin baik seiring dengan banyaknya warga Indonesia yang mengenyam pendidikan tinggi.

Dalam sidang paripurna terbuka tersebut juga mengukuhkan sepuluh anggota baru terpilih saat Rapat Paripurna Terbuka pada 24 Mei 2015 di kediaman Prof. BJ Habibie. Kesepuluh anggota tersebut adalah:

Profesor Hendra Gunawan, Guru Besar Matematika di Institut Teknologi Bandung

 Prof. Dr. Ir. Muladno, MSA, Guru Besar di Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Prof. Dr. Djoko Tjahjono Iskandar, seorang herpetolog—pakar amfibi dan reptil—serta guru besar di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati di Institut Teknologi Bandung.

Prof. Dr. Endang Sukara ahli bioteknologi yang pernah menjabat sebagai Wakil Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Prof.Dr.I Ketut Aria Pria Utama, M.Sc. merupakan Guru Besar bidang hidrodinamika di Jurusan Teknik Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS).

Prof. Ir. Masyhur Irsyam, M.Se., Phd, Guru Besar di Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung.

Prof. Dr. Armida Salsiah Alisjahbana, S.E., M.A., Guru Besar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran Bandung

Prof. Dewi Fortuna Anwar, M.A., DeputiBidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK) Lembaga ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Prof. Ramlan Surbakti, M.A., Ph.D,  Guru Besar bidang politik di Universitas Airlangga.

Yudi Latif, M.A., Ph.D., merupakan Ketua Pusat Studi Islam dan Kenegaraan-Indonesia (PSIK-Indonesia) dan Direktur Eksekutif Reform Institute.