<i>Babad Dipanegara</i> dan <i>Nagarakertagama</i> Menjadi Warisan Dunia

By , Selasa, 26 Mei 2015 | 07:15 WIB

Kita patut berbangga karena hari ini Senin (25/5) di Perpustakaan Nasional RI, Indonesia secara resmi kembali mendapat pengakuan dunia atas manuskrip bersejarah yang telah mempengaruhi peradaban global pada masa penjajahan lalu.

Sejarah Indonesia yang kini menjadi warisan dunia itu adalah “Babad Dipanegoro” dan naskah “Nagarakertagama”. Bambang Subiyanto, Ketua Memory of the World (MoW) mengungkapkan bahwa masih ada ratusan ribu eksemplar jurnal dan naskah bersejarah yang menanti untuk diselamatkan.

"Bestorming van Pleret", sebuah sketsa karya G. Kepper pada 1900, yang mengisahkan prestasi serdadu Hindia Belanda. Pertempuran Plérèd berkecamuk pada 9 Juni 1826 di bekas kawasan keraton zaman Amangkurat Pertama, salah satu pertempuran terburuk dalam Perang Jawa. (Wikimedia)

Manuskrip yang merekam sejarah perang Dipanegara dan Kerajaan Majapahit ini lolos dalam seleksi UNESCO setelah diperjuangkan secara akademis oleh Prof. Wardiman, Prof. Dr. Achadiati Ikram, dan Prof. Dr. Edi Sedyawati. “Ini momen penting bagi Indonesia, karena perlu keteguhan hati dan keuletan untuk mewujudkan pengukuhan ini. Selanjutnya, mari kita titipkan nama baik Indonesia kepada generasi penerus.” tutur Anies Baswedan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Penghargaan dan penghormatan UNESCO atas “Babad Dipanegara” dan “Nagarakertagama” ini secara resmi diserahkan oleh Anies Baswedan kepada Sri Sularsih, Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Selanjutnya, ditargetkan pada 2016 mendatang, naskah Konferensi Asia Afrika akan menyusul kedua manuskrip ini untuk mendapatkan pengakuan dunia. “Peristiwa Asia-Afrika harus didorong karena ini bagian dari pergerakan. Dunia melihat kita tetapi tidak dengan mata kita sendiri. Mari sudah saatnya kita memaknai rangkaian sejarah sebagai ruang modal kita dalam membentuk karakter bangsa.” tukas Anies.