Pramoedya Ananta Toer berpesan dalam Bumi Manusia, “Kodrat umat manusia kini dan kemudian ditentukan oleh penguasaannya atas ilmu dan pengetahuan. Semua pribadi akan tumbang tanpa itu.” Mungkin inilah yang sedang dihadapi oleh Indonesia selama 70 tahun usai meraih kemerdekaan. Keprihatinan atas tersingkirkannya Ilmu Pengetahuan dengan kepentingan politik, ekonomi, dan sosial membawa AIPI pada sebuah gagasan untuk melahirkan SAINS (Satu Abad INspirasi Sains).
Program yang didukung oleh Kementrian Sekretariat Negara, USAID, dan Pemerintah Australia ini merangkul para ilmuwan muda untuk mampu mewujudkan cita-cita bangsa yang berdaulat, sejahtera, dan diakui dunia. “Ketika kita hidup di dalam sains, artinya kita berada dalam demokrasi.” ungkap Dr. Bruce Alberts yang Utusan Khusus Amerika di bidang Sains untuk Indonesia.
“Negara yang kuat adalah negara yang paham betul akan kekuatan ilmu pengetahuan.” tukas Prof. Jamaluddin Jompa dalam peluncuran SAINS 2045 oleh AIPI di at America, Pacific Place (26/5). Selaku Ketua Komite Studi SAINS 2045, Jompa mengungkapkan bahwa sudah saatnya Indonesia mencari jawaban atas keterpurukannya selama ini.
Menyongsong agenda 100 tahun kemerdekaan Indonesia, AIPI meluncurkan dokumen-dokumen yang mengidentifikasikan 45 pertanyaan mendasar seputar sains untuk dinikmati oleh para komunitas ilmiah di perguruan tinggi maupun masyarakat luas. “Sudah lama sains harus mengalah terhadap isu lain, dan bila kita ingin menjadi negara yang maju, kini saatnya untuk bangkit.” Ujar Prof. Sangkot Marzuki, Ketua AIPI.
Selain SAINS 2045, dalam rangka ulang tahun yang ke-25 AIPI kini tengah membentuk Akademi Ilmuwan Muda Indonesia untuk melanjutkan langkah konkritnya “Muda adalah perkara semangat bukan usia, kini saatnya yang muda beraksi untuk melakukan riset aktif untuk mengembangkan sains di Indonesia.