Menghitung Kerumunan Orang dengan Data Ponsel dan Twitter

By , Rabu, 27 Mei 2015 | 16:30 WIB

Namun apakah prediksi mereka akurat?

"Margin kesalahan rata-rata kami adalah sekitar 13%,” kata Botta. "Itu berarti antara estimasi kami dan jumlah nyata orang-orang yang hadir itu berbeda sekitar 13%.”

!break!

'Tidak tepat'

Ini lumayan bagus, kata tim peneliti, dibandingkan metode tradisional yang bergantung pada foto-foto, denah dan perkiraan manusia. Mereka mengacu pada contoh yang popular yaitu “Million Man March” pada tahun 1995 di Washington DC, di mana bahkan setelah penelitian mendalam hanya dapat menghasilkan estimasi dengan tingat akurasi 20% - setelah jumlah yang diperoleh menyebutkan angka dari 400.000 orang hingga dua juta.

Salah satu peneliti lainnya, Dr Suzy Moat, mengatakan hasil yang diperoleh dari stadion sepak bola itu bahkan lebih baik daripada yang diperkiran tim mereka.

“Ini adalah sesuatu yang Anda harap terjadi, dan biasanya Anda kurang beruntung jadi tidak melihatnya,” katanya kepada BBC. “Sangat mengejutkan bahwa kita melihat hasil yang sangat mirip antara data telekomunikasi dan perkiraan ukuran keramaian.”

Dr Ed Manley adalah pengajar di Centre for Advanced Spatial Analysis di University College London. Dia mengatakan teknik ini memiliki potensi dan kita harus bersikap “optimis namun berhati-hati” menggunakan data ponsel untuk itu.

“Kita memiliki data yang sangat banyak dan dapat diolah dengan berbagai cara… Namun kita harus berhati-hati dalam menggunakannya,” kata Manley.

Dia menjelaskan pentingnya mengingat bahwa data dari ponsel tidak akan mengukur populasi dengan tepat.

“Ada dua bias yang terdapat di sini. Siapa yang kita ukur dari data yang diperoleh?”

Twitter, contohnya, memiliki pengguna yang relatif muda dan makmur.

Manley juga mengatakan pentingnya memilih ukuran dengan lebih teliti karena orang-orang menggunakan ponsel untuk tujuan yang berbeda-beda di berbagai tempat – mungkin lebih banyak panggilan telepon di bandara dan lebih banyak tweet di pertandingan sepakbola, contohnya.

Dan yang paling penting, seluruh penelitian itu bergantung pada sinyal layanan telepon – yang terkenal dapat berubah-ubah di setiap lokasi, dan bisa saja hilang total.

“Jika kita bergantung pada data untuk informasi lokasi orang, apa yang akan terjadi bila ada kesulitan dengan cara pengumpulan data itu?” kata Manley.