Ponsel Dapat Membantu Para Petani Kecil Mengakali Kelaparan

By , Sabtu, 13 Juni 2015 | 09:00 WIB

Dan Glickman bekerja melayani dewan Program Pangan Dunia Amerika Serikat, lembaga non-profit di Washington, DC, yang membangun dukungan dan sumber daya untuk misi Program Pangan Dunia PBB. Ia sempat menjabat sebagai Sekretaris Pertanian AS pada 1995-2001. Baru-baru ini ia melakukan perjalanan ke Tanzania untuk melihat bagaimana solusi mencegah kelaparan dan kemiskinan dapat diakali dengan ponsel.

Dalam perjalanan saya ke Tanzania, saya bertemu dengan sekelompok perempuan yang bekerja sebagai petani sayuran di dekat desa Mlandizi di pantai timur negara tersebut. Panggilan ponsel yang tak terduga-duga menginterupsi pembicaraan kami.

Di sebuah desa di mana kebanyakan orang hidup di bawah garis kemiskinan, ke-11 perempuan itu merogoh kangas warna-warni mereka untuk memeriksa ponsel masing-masing. Sang penelepon memberikan pembaruan harga biji-bijian. Informasi yang vital di negara yang sulit menemukan biji-bijian.

Lupakan satelit, drone, atau inovasi teknologi modern lainnya. Bagi petani skala kecil di seluruh dunia, panggilan telepon sesederhana itu merupakan salah satu alat yang sangat kuat memengaruhi peningkatan panen, dan juga suplai makanan masyarakat dan keluarga.

Petani seperti para perempuan ini memakai ponsel sebagai penyedia informasi yang krusial mengenai cuaca, hujan, dan permintaan pasar, juga harga biji-bijian, memberdayakan jutaan dari mereka untuk menumbuhkan lebih banyak makanan pada saat dunia sangat membutuhkannya.

Pada akhir abad ini, akan ada lebih dari 9 juta orang di Bumi. Untuk menyediakan pangan bagi orang sejumlah itu, maka para petani harus menumbuhkan lebih banyak bahan pangan dari yang saat ini telah diproduksi, dan mereka harus menumbuhkannya hingga 75 tahun ke depan.

Petani yang Kelaparan

Namun ironisnya, saat ini para petani kecil pun tengah berhadapan dengan kelaparan. Faktanya, sekitar setengah dari 805 juta populasi di dunia, petani skala kecil mengalami kelaparan kronis. Tanpa adanya akses sumber yang benar dan pelatihan, jutaan produsen makanan tak dapat bergerak dari pertanian subsisten atau bahkan memberi makan keluarganya sendiri. Sering kali mereka mengalami gagal panen akibat kekeringan, penyakit, hama, atau kontaminasi pasca panen.

Teknologi Short Message Service atau SMS menawarkan salah satu cara terbaik untuk mengakali masalah tersebut. Dan terutama berlaku di negara-negara berpenghasilan rendah di mana ponsel lebih umum daripada infrastruktur tradisional seperti jalan beraspal dan listrik yang dapat diandalkan.

Misalnya, platform iCow yang mengirim pesan teks ke petani dengan segala informasi mengenai diagnosis perihal hama, mencegah infeksi ternak dan memilih jenis rumput tertentu untuk pakan sapi. Informasi seperti ini adalah krusial ketika musim hujan (periode Maret sampai Mei), ketika para petani di Tanzania mulai bercocok tanam untuk tahun berikutnya. 

No Silver Bullet

Teknologi sendiri tidak dapat menuntaskan masalah kelaparan di dunia. Sementara ketidaksetaraan gender dan tradisi budaya terus mendorong teknologi seperti ponsel dari jangkauan jutaan petani perempuan di seluruh dunia, meskipun wanita memberikan jumlah sekitar 43% dari tenaga kerja pertanian di negara-negara berkembang. Ditambah lagi, cakupan ponsel tidak dapat mengimbangi jalan tak beraspal yang menghentikan petani memberikan kelebihan panen mereka ke pasar.

Dan kemajuan ilmiah tentang gizi dan pertanian tetap menjadi alat yang paling efektif untuk menumbuhkan lebih banyak makanan. Namun SMS menawarkan solusi unik untuk menyebarluaskan terobosan tersebut kepada petani subsisten, terlebih karena komunitas yang dapat menuai keuntungan lebih adalah mereka yang terpencil.

Organisasi seperti World Food Program USA, U.N. World Food Programme, dan U.S. Agency of International Development membutuhkan dukungan dari pemerintah sama seperti sektor swasta untuk berinvestasi dalam penelitian lebih lanjut dan program cerdas untuk membantu petani kecil berhasil.

Di Afrika terdapat banyak lahan yang belum terpakai untuk segala kegiatan bercocok tanam, namun utaan petani kecil tidak memiliki akses kepada infrastruktur dasar dan informasi. Dengan memberdayakan para petani kecil dengan informasi, dan dengan teknologi ponsel, kita bisa saja menyelesaikan masalah kelaparan dan kemiskinan jutaan keluarga.