Selama ini mungkin kita sudah mengetahui bahwa kopi – terutama kafeinnya, bersifat diuretic. Artinya, kopi membuat tubuh kita memproses lebih banyak cairan dari biasanya yang tentu saja membuat kita jadi sering buang air kecil. Namun, selain itu, kafein juga memiliki efek pencahar bagi mereka yang sensitif. Zat kimia kafein merangsang kontraksi pada usus. Efeknya persis seperti sakit perut sesudah makan.
Mengapa kopi membuat kita ingin buang air besar? Penyebab utamanya adalah kafein! Menurut William DePaolo, Profesor Mikrobiologi dan Imunologi di Keck School of Medicine, pada kopi biasa efek pencaharnya jauh lebih besar dibanding pada kopi berkafein rendah. Segelas kopi seduh bisa mengandung 80 hingga 135 miligram kafein, sedangkan Coca Cola hanya mengandung 34 miligram kafeine. Itulah sebabnya mengapa soda tidak memiliki efek pencahar dan kita tidak ingin buang air besar setelah meminumnya.
Asam pada kopi menyebabkan peningkatan produksi pada empedu di dalam tubuh. Setelah memproduksinya, hati menyimpan empedu di sebuah kantung. Kopi membuat kantung empedu melepaskan empedu ke dalam usus. Itulah mengapa kopi membuat kita ingin buang air besar dan terkadang sampai diare.
Menurut Dr. Jay Kuemmerle dari American Gastroenterogical Association, selain bijinya, kopi mengandung tambahan pemanis buatan dan sedikit susu sehingga rasanya lebih kuat. Pemanis buatan bisa meyebabkan perut kembung dan diare. Sedangkan tambahan susu atau krimnya juga memicu diare dan permasalahan saluran cerna lainnya.
Jadi berapa banyak kopi yang sebaiknya kita minum? Menurut International Foundation for Gastrointenstinal Disorder lebih dari dua atau tiga cangkir kopi bisa menyebabkan diare. Beralih ke kopi tanpa kafein mungkin bisa mengurangi efek pencahar tadi meskipun tidak menghilangkan sepenuhnya.