DNA Unta Zaman Es Ditemukan di Kanada Mengubah Teori Spesies

By , Minggu, 14 Juni 2015 | 21:00 WIB

Penambang di barat laut Kanada telah menemukan tulang unta zaman es yang DNA-nya memaksa para ilmuwan untuk menggambar ulang pohon keluarga dari spesies yang sekarang telah punah.

Grant Zazula, paleontolog bersama Departemen Pariwisata dan budaya Yukon, mengatakan tiga fosil yang ditemukan kembali dari tambang emas di Klondike pada tahun 2008 merupakan tulang unta barat yang ditemukan di territorial Alaska dalam decade terakhir.

Para ilmuwan percaya unta barat yang tinggal di Amerika Utara berkaitan dengan ilamas dan alpacas, lazim di Amerika Selatan. Tetapi mereka sekarang memiliki bukti genetik bahwa binatang tersebut lebih erat dengan unta-unta yang menghuni Asia dan Arabia.

"Bagi kami, fosil ibarat emas, karena sumber daya luar biasa untuk memahami hewan punah dan kuno dari zaman es," kata Zazula.

Zazula mengatakan para ilmuwan sekarang dapat mulai memahami mengapa unta pergi punah 13.000 tahun yang lalu, pada akhir zaman es.

 Selama abad terakhir, paleontologis telah mempelajari unta berdasarkan anatomi perbandingan, membagi tulang dan fosil menjadi dua cabang utama hewan yang ditemukan di Arabia, Afrika dan Asia, serta llamas dan alpacas ditemukan di Amerika Selatan, kata Zazula. Ia mengatakan paleontologis percaya unta Barat seperti ilamas raksasa.

Teori itu mulai berubah tahun 2008 ketika penambang menemukan tulang, diawetkan di permafrost, sementara terjadi pengelupasan hidrolik bumi, katanya. Tulang yang sangat terawat dan masih mempunyai DNA, tak seperti fosil mineralisasi lainnya.

Zazula mengatakan ia mengirim potongan-potongan kecil dari tulang kepada ahli genetika di Universitas Santa Cruz, California yang dibantu oleh seorang statistikawan dan seorang ahli geologi. Hasil telah diterbitkan dalam jurnal Molecular Biology and Evolution.

Sebuah rilis berita mengatakan DNA menunjukkan unta Barat dipisahkan dari cabang yang mencakup unta modern sekitar 10 juta tahun yang lalu. Tercatat bahwa hewan tersebut paling banyak tinggal di selatan wilayah Amerika Utara, tapi beberapa dari mereka bermigrasi ke utara selama periode yang relatif hangat pada akhir zaman es sekitar 100.000 tahun yang lalu.

 Zazula mengatakan temuan ini akan membuat para ilmuwan juga akan memeriksa kembali spesies lain. "Ada sesuatu yang cukup spektakuler pada tulang berumur 100.000 tahun yang dapat memberitahu kita banyak sejarah masa lalu dan sejarah di tanah yang anda tinggali," pungkasnya.