Kampung Kapitan Palembang, Jejak Pertama Keturunan Tionghoa

By , Senin, 15 Juni 2015 | 09:00 WIB

Kampung Kapitan sudah lama menjadi kawasan yang mengandung nilai sejarah di Palembang. Di kampung inilah, warga keturuan Tionghoa pertama kalinya menetap di Palembang saat kota pempek masih dalam jajahan.

Kini, kawasan yang berlokasi di tepi Sungai Musi ini sudah menjadi salah satu objek wisata. Sayang, meski bernilai sejarah dan kerap dikunjungi Kampung Kapitan tidak terlalu diperhatikan, hingga nyaris terabaikan.

Kampung Kapitan berlokasi di kawasan yang termasuk padat penduduk.

Baca juga: Grebeg Sudiro, Perpaduan Budaya Tionghoa-Jawa di Solo

Posisinya berada di tepi Jl KH Azhari Kelurahan 7 Ulu SU I, bersebelahan dengan Pasar Tradisional 7 Ulu.Dari atas Jembatan Ampera, keberadaan Kampung Kapitan sudah bisa terlihat.

Dari pusat kota, butuh waktu sekitar 10 menit menggunakan kendaraan roda dua untuk tiba di Kampung Kapitan.Jika tidak memiliki kendaraan sendiri, ada angkutan kota ataupun becak yang bisa mengantar ke Kampung Kapitan.

Didi, salah seorang warga di Kampung Kapitan, mengatakan, nilai seni dan budaya yang ada di Kampung Kapitan terletak pada struktur bangunan rumah yang ada di sana. Rumah di kawasan ini menyimpan dua pengaruh budaya, yakni budaya Tiongkok dan budaya Palembang.Budaya Tiongkok bisa dilihat dari bagian dalam rumah dan bagian teras rumah.

Mulyadi, Generasi ke-13 Kapitan Tjoa Ham Him membersihkan replika nisan leluhur yang terletak di Rumah Abu Kampung Kapitan, Kelurahan 7 Ulu, Kecamatan SU I, Palembang. (Sriwijaya Post/Syahrul Hidayat)

Sedangkan budaya Palembang berupa bangunan rumah yang menyerupai limas dan terdapat tiang yang menopang berdirinya rumah.

"Rumah di sini mayoritas terbuat dari kayu. Namun, sekarang sudah ada yang terbuat dari beton karena seiring berjalannya waktu," kata Didi, Kamis (11/6/2015).

Banyak objek yang bisa dilihat di Kampung Kapitan. Salah satu yang cukup mencolok adalah bangunan batu pagoda.Batu pagoda ini berdiri tegak tepat di tengah lapangan beralasakan keramik di Kampung Kapitan dengan tinggi sekitar 2,5 meter.

Pengunjung Kampung Kapitan seringkali mengabadikan momen dengan berpose kawasan ini. Batu pagoda dikelilingi taman bunga yang masih terbilang enak dipandang. Bunga-bunga ini ditanam di atas beton yang oleh remaja di sana dijadikan tempat nongkrong bersama teman.

Bangunan pagoda di Kampung Kapitan Palembang. (Sriwijaya Post/Syahrul Hidayat)

Baca juga: Setelah Super Blue Blood Moon, Ada Gerhana Bulan Lain Pada 2018

Jika bosan dengan pemandangan di sini, pengunjung Kampung Kapitan bisa menikmati keindahan Sungai Musi yang cuma butuh waktu beberapa detik untuk menjangkaunya dari dalam Kampung Kapitan.

"Kawasan ini ramai saat hari libur dan hari-hari besar Tionghoa. Apalagi, disini adalah rumah yang dijadikan tempat ibadah orang Tionghoa," kata Didi.