Apa Penyebab Resistensi terhadap Penyakit Otak?

By , Sabtu, 20 Juni 2015 | 09:00 WIB

Di awal abad ke-20, suku Fore dari Papua Nugini terpapar penyakit otak yang fatal, dikenal sebagai penyakit kuru, gangguan neurologis yang disebabkan oleh prion menular. Prion adalah protein abnormal dan melukai otak. Penyebab penyebaran penyakit kuru adalah praktik kanibalisme suku tersebut. Pasalnya, rang Fore menerapkan kanibalisme dalam ritual pemakaman, di mana mereka memakan otak manusia. Namun studi terbaru menyatakan bahwa beberapa anggota suku ini memiliki gen pelindung terhadap kuru.

Di akhir tahun 1950 suku tersebut menghentikan praktik kanibalisme, yang menyebabkan penurunan pada penyakit kuru. Tetapi karena penyakit ini membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk muncul, kasus penyakit kuru terus muncul selama beberapa dekade.

Para peneliti menemukan bahwa beberapa orang yang selamat dari kuru membawa gen mutasi yang disebut V127, sedangkan mereka yang mengembangkan penyakit tersebut tidak memiliki gen mutasi ini. Gen V127 dicurigai sebagai pelindung dari penyakit kuru yang mematikan.

Dalam penelitian terbaru, para peneliti merekayasa genetik tikus untuk memiliki mutasi V127, kemudian menyuntikkan prion menular pada hewan tersebut. Hasilnya menunjukkan tikus dengan satu salinan mutasi V127 resisten terhadap kuru dan penyakit Creutzfeldt-Jakob (penyakit serupa). Tikus dengan dua salinan mutasi V127 resisten terhadap dua penyakit tersebut dan juga penyakit varian Creutzfeldt-Jakob (penyakit prion yang lain), yang dikenal sebagai "penyakit sapi gila dalam manusia".

!break!

Para peneliti menulis dalam jurnal Nature edisi 10 Juni, bahwa penelitian terbaru ini juga menyatakan, jika penyakit tersebut terus menyebar, maka "daerah penderita kuru ini mungkin dihuni dengan beberapa individu yang resisten terhadap kuru."

Perlu diketahui bahwa kanibalisme tidak langsung menyebabkan perkembangan resistensi terhadap penyakit kuru. Sebaliknya, mutasi ini kemungkinan ada dalam populasi sebelum epidemi kuru, tetapi menjadi lebih umum ketika resistensi ini memberikan keuntungan genetik - yaitu ketika mereka yang memiliki mutasi tersebut selamat dari kuru. Sifat genetik seperti ini adalah dasar dari evolusi.

"Ini merupakan contoh dari teori evolusi Darwin pada manusia, epidemi penyakit prion memilih satu perubahan genetik yang kemudian menyediakan perlindungan terhadap demensia fatal," ucap Dr. John Collinge, penulis senior penelitian tersebut dan profesor penyakit neurodegenerative di University College London.

Mutasi genetik ini rupanya mencegah prion untuk berubah. Dengan mempelajari semakin dalam perihal bagaimana mutasi tersebut melakukan pencegahan ini dapat memberikan wawasan baru tentang bagaimana mencegah penyakit prion tersebut.