Meski kecerdasan bukan faktor yang diperlukan untuk seekor hewan bisa tertawa, namun menurut Jaak Panskepp, seorang psikolog dan ahli neurosains di Washington State University, tertawa mampu meningkatkan kecerdasan sosial suatu spesies.
Seorang ketua pengelola perlindungan gorila di California, Penny Patterson, pernah menggoda Koko, gorila yang terkenal cerdas karena bahasa tubuhnya. Koko merespon tingkah laku Patterson yang dianggapnya lucu dengan mengeluarkan tawa, yang bunyinya terdengar seperti “ho ho”.
Pada kasus lain, sejumlah primata juga diuji kemampuan tertawanya dengan menggelitik bagian tubuh mereka. Primata yang dimaksud adalah orangutan, gorila, kera dan simpanse.
Marina Davila Ross, seorang psikolog dari University of Portsmouth Inggris yang mempelajari tentang evolusi tertawa menduga bahwa kemampuan manusia untuk tertawa diturunkan dari leluhur manusia dan kera, yang hidup 10 sampai 16 juta tahun lalu. Kali ini ia mengungkap bahwa simpanse mampu menunjukkan wajah tertawa (menyeringai dengan memperlihatkan gigi) tanpa benar-benar mengeluarkan suara tawa. Dalam hasil studinya yang dimuat di jurnal PLOS ONE, Ross menduga bahwa simpanse mampu berkomunikasi dengan cara yang lebih eksplisit dari yang selama ini diketahui.
Selain beragam primata yang disebutkan di atas, ilmuwan juga menemukan bahwa jenis hewan pengerat seperti tikus juga mampu mengeluarkan tawa ketika digelitik.