Sejak tahun 1980an, beragam teknologi diciptakan untuk membantu dokter dan ahli medis dalam mendeteksi gejala kanker yang mungkin dimiliki pasien.
Teknologi tersebut dibuat menggunakan sensor yang menyerupai fungsi hidung manusia untuk mendeteksi infeksi. Contohnya, sensor nanopartikel emas yang dapat mendeteksi bentuk kanker dengan membaui dan menangkap senyawa organik yang terdapat pada napas seseorang.
Dalam laporan studi yang baru-baru ini dimuat di jurnal Optics Express, ilmuwan dari University of Adelaide Australia menjelaskan sebuah instrumen baru yang mereka ciptakan. Instrumen itu menggunakan laser untuk menyelidiki kandungan gas.
Instrumen yang dinamakan laserlyzer ini mengambil apa yang disebut molecular fingerprint—sidik molekul dari sekumpulan gas dan menganalisanya: apakah terdapat jenis penyakit berbahaya seperti kanker, diabetes, atau jenis penyakit infeksi yang menjangkiti si pemilik napas.
Sistem laser ini akan melepaskan sinar dalam jutaan frekuensi berbeda agar bisa menemukan keberadaaan molekul yang dimaksud—jika ada, juga konsentrasinya.
“Daripada menyuruh seekor anjing mencium beragam bau, sistem laser ini dengan mudah akan menyinari udara untuk menyelidiki beragam molekul yang mungkin ada pada sampel,” jelas pemimpin studi James Anstie, seperti yang dikutip Popular Science, Rabu (8/7).
Selain itu, laserlyzer ini akan dilengkapi dengan aplikasi yang dapat menyelidiki molekul dalam atmosfer atau pada arus air.