Beberapa Spesies Lebah Perlu Dilestarikan

By , Kamis, 18 Juni 2015 | 07:30 WIB

Hampir 80% penyerbukan tanaman oleh lebah liar dilakukan oleh 2% dari spesies yang paling umum, kata para ilmuwan.

Hasil penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature Communications menunjukkan tindakan penyerbukan oleh lebah liar bernilai £1.900 (Rp39,7 juta) per hektare secara global.

Tindakan itu kebanyakan dilakukan oleh sejumlah kecil spesies lebah, seperti beberapa jenis bumblebee dan solitary bee. Di Inggris, kedua jenis lebah itu sangat penting untuk tanaman seperti apel dan stroberi.

Meski demikian, menurut para peneliti upaya pelestarian harus ditargetkan untuk berbagai spesies – bahkan mereka yang berkontribusi sedikit untuk penyerbukan tanaman – untuk menjaga keragaman spesies dan memastikan keamanan pangan.

Dr Mike Garratt, dari Universitas of Reading, mengatakan hanya berfokus pada lebah liar yang banyak berjasa bagi pertanian masa kini bisa menjadi kesalahan.

“Kita bisa melupakan mayoritas spesies lebah-lebah lain,” katanya. “Mereka adalah penyerbuk bagi ribuan tanaman liar – kita tidak bisa kehilangan itu juga." 

Nilai penyerbukan oleh lebah liar diperkirakan mencapai £1 miliar atau setara dengan Rp20,8 triliun per tahun di Inggris. Akan tetapi, menitikberatkan peran spesies lebah tertentu bisa berujung pada penelantaran spesies-spesies lain yang bisa memainkan peran menting pada masa depan.

Profesor Simon Potts, direktur Pusat Penelitian Agri-Lingkungan di University of Reading, mengatakan beberapa spesies lebah yang menyerbuki tanaman mungkin bukan merupakan jenis yang akan dibutuhkan di masa depan.

"Namun, penting untuk melindungi berbagai macam lebah dan serangga lainnya pada saat ini sehingga ketika terjadi perubahan iklim, lingkungan dan varietas tanaman di Inggris, kita akan memiliki spesies penyerbuk yang paling cocok untuk tugas itu. Kita tidak bisa hanya mengandalkan spesies penyerbuk yang ada saat ini. Kita perlu spesies dalam jumlah dan ragam yang besar, yang siap untuk bekerja saat dibutuhkan, jika kita ingin memastikan stabilitas produksi pangan,” kata Profesor Potts.