Mengapa Suhu di Atmosfer Matahari Lebih Tinggi Dibanding Permukaannya?

By , Kamis, 18 Juni 2015 | 14:30 WIB

Peneliti telah mengidentifikasi evolusi dari bagian dalam dan luar Matahari, dan menemukan bagaimana mekanisme yang terjadi di atmosfer Matahari sehingga menyebabkan suhunya yang lebih panas dibanding pada permukaannya.

Suhu di inti Matahari mencapai 15 juta derajat Celcius. Semakin menuju lapisan terluar, suhunya menurun. Hingga pada lapisan terluar yakni di permukaan Matahari, suhu ‘hanya’ mencapai 6000 derajat Celcius.

Lantas, sudah seharusnya jika pada atmosfer Matahari, suhu semakin menurun. Namun faktanya, yang terjadi tidak demikian. Pada chromosfer Matahari, suhu tercatat mencapai 10.000 derajat celcius. Menuju korona, suhu bahkan mencapai jutaan derajat Celcius.

Mengapa?

Peneliti menggunakan model numerik canggih pada komputer, dan melakukan simulasi untuk meneliti mekanisme panas pada tiap lapisan Matahari. Dari hasil simulasi tersebut, terlihat bahwa lapisan tipis di bawah permukaan Matahari berperan layaknya panci penggorengan, memanaskan plasma dari lapisan di bawahnya hingga berbuih. Plasma yang telah ‘dimasak’ tersebut menghasilkan proses dinamo sehingga tercipta medan magnet. Ketika medan magnet itu naik ke permukaan, fungsinya diasosiasikan sebagai garam dan bumbu dapur yang menyedapkan makanan, membuat konsentrasi pada permukaan Matahari lebih tinggi yang kemudian dijuluki “mesospot.”

Ketika terjadi letusan-letusan di permukaan Matahari di sekitar mesospot, letusan itu menghasilkan gelombang magnetis, membawa energi menuju permukaan korona, sehingga panas tersalurkan dari korona ke atmosfer.