Stetoskop Bumi Raksasa Memata-Matai Bumi

By , Sabtu, 20 Juni 2015 | 12:30 WIB

Siapa menyangka, ternyata Bumi memiliki semacam stetoskop yang memata-matai perilaku tak wajar planet ini. Ada mikrofon tersembunyi di bawah laut, satelit dan kamera inframerah yang seluruhnya mendengarkan, mengamati dan mencium semua gelagat yang terjadi di planet bumi. Dari ikan paus yang bermigrasi, hingga tabrakan meteor.

Sistem internasional, yang disebut Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty Organization  (CTBTO), telah memata-matai bumi selama 18 tahun, meskipun para peneliti masih menemukan cara-cara terbaru untuk menafsirkan data. Pada kenyataannya, sekitar 1.000 ilmuwan berencana untuk membahas temuan mereka di Konferensi Sains dan Teknologi CTBT, yang akan diadakan di Wina, Austria, Juni 22-26 mendatang. Apa saja yang dapat dilakukan stetoskop bumi raksasa tersebut?

1.Mendeteksi aktivitas nuklir

CTBTO memulai sebuah jaringan anti nuklir bernama International Monitoring System (IMS) milik CTBTO yang dapat membantu Negara untuk memonitoring dan melarang peledakan illegal di atmosfer, bawah laut maupun bawah tanah.

IMS juga dapat mendeteksi tipe radioaktivitas lain. “IMS merupakan satu-satunya jaringan global yang mendeteksi radioaktivitas atmosfer dan gelombang suara yang tak dapat didengar manusia,” ujar Lassina Zerbo, executive secretary CTBTO, dilansir dari livescience.com.

2.Merasakan getaran gempa bumi

Pusat data CTBTO internasional mencatat ada lebih dari 30.000 sinyal seismik setiap hari. Biasanya ditemukan sekitar130 kejadian seismik atau gempa bumi. Jumlah dan jenis sinyal dari tempat tertentu dapat menunjukkan kejadian kecil atau yang lebih besar, seperti gempa bumi. Karena Gelombang seismik dan akustik berjalan pada kecepatan dan rute yang berbeda dan, berbagai sensor dapat membantu menentukan waktu, lokasi dan besarnya masing-masing gempa.

 "Di luar monitoring nuklir, kita perlu memahami segala macam peristiwa seismik — untuk meningkatkan monitoring gempa bumi, patahan dan tektonik," kata Randy Bell, Direktur Pusat Data CTBTO internasional.

3. Menemukan lokasi meteor

CTBTO memiliki 48 Stasiun yang mendengarkan gelombang Infrasonik — gelombang suara dengan frekuensi yang terlalu rendah untuk didengar oleh telinga manusia. Pada 15 Februari 2013, 20 stasiun infrasonic CTBTO mendeteksi sinyal dari meteor yang melintas di langit Chelyabinsk, Rusia. Satu stasiun di Alaska memastikan bahwa meteor tersebut telah mengitari bumi sebanyak tiga kali.

DI waktu lain, yakni Oktober 2009,15 stasiun mendeteksi meteor yang meledak di atas Pulau Sulawesi, Indonesia, akan tetapi pengukuran sensor menunjukkan bahwa meteor Chelyabinsk 10-50 kali lebih dahsyat. Sensor-sensor ini begitu sensitif. Mereka dapat mengetahui jumlah meteorit yang terbakar di atmosfer bumi. Sensor juga dapat melacak gangguan atmosfer lainnya, termasuk letusan gunung berapi dan badai besar. Hampir 20 tahun akumulasi data juga membantu mereka memahami bagaimana suhu dan arus dalam mempengaruhi suasana cuaca dan perubahan iklim.

4. Jalur Migrasi Ikan Paus

11 Stasiun pendengar bawah laut (hydrophones) CTBTO dapat mendeteksi pergeseran es  dan migrasi ikan paus di seluruh dunia. "Data menjadi harta karun bagi mereka yang mempelajari mamalia laut," kata Mark Prior, seorang mantan anggota staf CTBTO yang sekarang bergabung dengan Netherlands Organization for Applied Scientific Research. Para ilmuwan menggunakan frekuensi, durasi dan pola suara yang dihimpun oleh hydrophones untuk mengidentifikasi spesies ikan paus berbeda.

. "Hal utama yang membatasi penggunaan data hanyalah imajinasi kita," imbuh Mark.

“Sistem ini tidak murah. Negara-negara di seluruh dunia telah menginvestasikan total sekitar 1miliar USD untuk membuat dan memelihara "telinga dunia" ini,” pungkas Zerbo.