Mumifikasi Alami di Zaman Mesir Kuno?

By , Senin, 22 Juni 2015 | 13:30 WIB

Tahukah Anda, bahwa mumi yang kerap ditemukan arkeolog atau peneliti dunia ternyata terjadi dengan tak sengaja?

Faktor kurangnya oksigen, udara yang kering, atau faktor lingkungan yang terlalu kering atau terlalu dingin mampu mengubah bangkai hewan atau mayat manusia menjadi mumi secara alami.

Kumpulan mumi hewan yang ditemukan di Mesir memiliki banyak fungsi, salah satunya adalah untuk mewakili para dewa. Jutaan mumi anjing yang terkubur di Kuburan Bawah Tanah Mesir (Dog Catabombs) merupakan bentuk dedikasi kepada Anubis, dewa berkepala serigala yang datang dari akhirat.

Bentuk pemujaan dengan pemberian mumi hewan itu merupakan petunjuk adanya praktik budaya Mesir. Hal itu semakin didukung dengan penemuan mumi babon dengan kaki yang cacat oleh para peneliti.

Penemuan itu mengindikasikan bahwa ada pasar besar di zaman Mesir kuno yang sengaja menawan binatang untuk memenuhi tujuan tersebut: menjadikan hewan sebagai mumi secara alami setelah mereka mati.

Sejumlah ilmuwan dari MUMAB (tim peneliti mumi dari University of Maryland, Baltimore) melakukan suatu eksperimen untuk memahami lebih jauh proses mumifikasi secara alami yang diduga dilakukan oleh para warga Mesir kuno.

Mereka mengubur mayat seekor babi di rawa gambut selama enam bulan. Dalam waktu itu, lahan rawa mampu mendemineralisasi tulang sehingga mengubahnya menjadi elastis. Setelah ditinggal selama 2,5 tahun, bangkai babi tersebut mampu bertahan, menjadikannya mumi cantik yang utuh.

Tak hanya itu, peran dari binatang lain mampu membantu terjadinya mumifikasi alami: dengan kotoran mereka. Menurut buku "The Scientific Study of Mummies", kotoran kelelawar mampu menjadi bahan alami yang membantu proses mumifikasi pada sejumlah burung dan tiga mayat manusia.