Menjelang Kefanaan Waktu dan Keabadian Kita

By , Senin, 22 Juni 2015 | 19:30 WIB

“Tweeps, dengan rendah hati kami meminta maaf pada yang baru akan memesan, tiket #YFaWKA untuk 2 malam pentas, 23-24/6, sudah terjual habis,” tulis akun Twitter Teater Garasi (@teatergarasi) pada 20 Juni 2015.

YFaWKA adalah singkatan dari Yang Fana Adalah Waktu, Kita Abadi, sebuah karya pertunjukan terbaru yang juga merupakan proyek berjalan dari Teater Garasi (Garasi Performance Institute). Disutradarai oleh Yudi Ahmad Tajudin, karya ini diiptakan secara kolektif oleh 12 seniman multi disiplin: Andreas Ari Dwianto, Arsita Iswardhani, Erythrina Baskoro, Gunawan Maryanto, Ignatius Sugiarto, Jompet Kuswidananto, Muhammad Nur Qomaruddin, Naomi Srikandi, Sri Qadariatin, Ugoran Prasad, Vassia Valkanioti, dan Yennu Ariendra.

Poster pementasan Teater Garasi, "Yang Fana adalah Waktu, Kita Abadi" tanggal 23-24 Juni 2015. (Teater Garasi)

Bertolak dari pembacaan dan refleksi atas perihal “order-disorder” (tatanan-berantakan), YFaWKA akan diselenggarakan dua kali, pada 23 dan 24 Juni 2015, pukul 20.30, bertempat di Auditorium Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjosoemantri (PKKH) UGM. Judul pertunjukan ini meminjam frasa sekaligus judul puisi dari penyair Sapardi Djoko Damono, Yang Fana adalah Waktu, Kita Abadi.

Senin sore (22/6), dari luar Auditorium PKKH UGM terdengar suara, baik digital maupun pemain yang sedang menjalani latihan. Auditorium yang maklum digunakan untuk pertunjukan musik tersebut akan disulap menjadi venue pertunjukan teater. Lusi dari bagian informasi memberitahukan bahwa gladi resik akan diadakan pukul 20.30 malam ini.

Dalam press release di situs mereka (teatergarasi.org), YFaWKA diyakini sebagai perjalanan yang lebih reflektif dibanding proyek-proyek seni kolektif Teater Garasi sebelumnya, yaitu Je.ja.l.an (2008) dan Tubuh Ketiga (2010). Pementasan ini sekaligus merupakan bentuk yang lebih lengkap atas penelusuran dan studi atas ledakan “suara” dan “narasi” di Indonesia pasca 1998, yang sebelumnya telah dipentaskan dengan judul Sehabis Suara pada tahun lalu.

Dijelaskan bahwa YFaWKA ingin melihat serta mementaskan bagaimana situasi-situasi pasca 1998 di Indonesia mempengaruhi situasi dan formasi subjek(tifitas) baru. Dimana dijelaskan bahwa ledakan “suara” dan “narasi” di 1998 kemudian menyela, mengganggu, mempengaruhi dan menggerakkan “subjek”.

YFaWKA diselenggarakan Teater Garasi bekerja sama dengan PKKH UGM, serta disponsori oleh Djarum Foundation. Tersisa satu hari, 200 kursi untuk masing-masing pertunjukan telah habis dipesan. Namun masih ada pemesanan daftar tunggu yang dilayani hanya sampai hari ini, 22 Juni.