Bahaya Kepunahan Massal Keenam, Siapa Korbannya?

By , Rabu, 24 Juni 2015 | 14:30 WIB

Beberapa waktu terakhir, para ilmuwan dan peneliti dunia menyerukan kepada masyarakat untuk bersiap akan adanya bahaya kepunahan massal keenam yang akan terjadi di Bumi.

(Baca juga: Bumi Memasuki Era Kepunahan Massal Keenam)

Sebelumnya, tercatat bahwa kepunahan massal di Bumi pernah terjadi selama lima kali. Penyebabnya beragam, dari  letusan gunung berapi yang dahsyat yang mengisi udara dengan gas beracun, atau kepunahan massal yang terjadi akibat adanya konvergansi benua, mengganggu proses sirkulasi air laut dan menyebabkannya stagnan juga beracun untuk organisme yang tinggal di dalamnya (ice age). Kala lain, kepunahan massal terjadi akibat adanya hantaman dari batu meteor ke Bumi 65 juta tahun lalu, yang tercetak di Gulf of Mexico.

Kepunahan massal yang terjadi kali ini bukan tak mungkin. Menurut para ilmuwan, kini manusialah yang menjadi faktor utama penyebab terjadinya kepunahan massal kali ini. Manusia pula yang akan menjadi korban utama dari ulah yang dilakukan mereka.

Dalam laporan studi yang dimuat di Science Advances Journal, terungkap bahwa sebanyak 400 spesies vertebrata punah sejak tahun 1900. Jumlah itu menandakan angka kepunahan yang meningkat hingga 100 kali lebih cepat dibanding angka kepunahan sebelumnya. Kepunahan itu terjadi akibat kerusakan lingkungan yang tak lain disebabkan oleh ulah manusia.

Menurut Elizabeth Kolbert, seorang jurnalis The New Yorker yang menulis buku “The Sixth Extinction”, yang paling rentan terhadap bahaya kepunahan massal keenam ini adalah populasi yang tinggal di daerah atau pulau-pulau terpencil. Ia menyebutkan bahwa spesies yang jumlahnya terbatas dan berhabitat hanya di satu kawasan tertentu di Bumi, adalah yang paling mungkin mengalami kepunahan dalam waktu dekat. Ia menyebutkan punahnya burung-burung di Selandia Baru yang kini kian langka. “Jika habitatnya kelak hancur, begitu pula mereka,” jelasnya.

Manusia, menurutnya, juga menjadi korban utama dari kepunahan massal keenam nanti. Namun, kemampuan manusia yang gampang beradaptasi bisa menutup kemungkinan tersebut. Satu hal yang Kolbert ragukan adalah, meski nantinya manusia mampu bertahan dari kepunahan massal yang akan menghancurkan beragam spesies di muka Bumi, apakah manusia mau bertahan di lingkungan demikian?