Kewaspadaan terhadap penularan virus korona penyebab sindrom pernapasan Timur Tengah perlu ditingkatkan. Dengan jumlah sedikitnya 750.000 yang pergi umrah ke Arab Saudi per tahun, Indonesia rentan terhadap penyebaran penyakit itu.
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Mohammad Subuh mengatakan, pola hidup sehat menjadi cara terbaik mencegah penularan sindrom pernapasan Timur Tengah yang disebabkan virus korona (MERS-CoV).
Hal itu karena belum ada vaksin yang bisa menangkal virus itu. “Belum ada pengobatan bersifat spesifik. Pengobatan yang dilakukan tergantung dari keluhan dan kondisi pasien,” kata Subuh, di Jakarta, Kamis (25/6).
Indonesia termasuk negara rentan penularan MERS-CoV. Hal itu karena 13 embarkasi melayani rute penerbangan luar negeri pada pelaksanaan ibadah haji. Tiap tahun, sekitar 250.000 anggota jemaah haji dan sedikitnya 750.000 anggota jemaah umrah asal Indonesia pergi ke Arab Saudi, negara lokasi kasus MERS. “Tidak ada negara sebesar Indonesia yang penduduknya datang dalam jumlah besar ke negara terjangkit MERS untuk waktu lama,” kata Subuh.
Pada tahun 2014, ada dua warga negara Indonesia yang positif terinfeksi MERS-CoV di Arab Saudi, yakni seorang perempuan yang tinggal di Arab Saudi dan seorang anggota jemaah umrah terinfeksi saat beribadah. Setelah dirawat intensif, anggota jemaah itu sembuh dan kembali ke Indonesia.
Untuk itu, jemaah umrah ataupun haji amat dianjurkan memakai masker dan sanitizer. Sebagai upaya pencegahan, pemerintah juga akan menyediakan kartu kendali bagi warga negara asing dan warga negara Indonesia yang pulang pergi ke Arab Saudi ataupun Korea Selatan, negara dengan kasus MERS-CoV. Kartu berfungsi memantau kesehatan mereka, terutama yang baru pulang dari Arab Saudi dan Korea Selatan.