Pada beberapa anak, demam tinggi terkadang disertai kejang. Hal ini biasanya terjadi pada anak berusia di bawah 5 tahun. Namun, para orangtua harus waspada jika kejang demam sering terjadi. Anak tersebut akan lebih berisiko mengidap epilepsi. "Anak yang sering kejang demam lebih berisiko epilepsi. Tapi tidak selalu jadi epilepsi, tergantung fungsional otaknya," terang dokter Spesialis Saraf Irawaty Hawari saat ditemui di Rumah Sakit Umum Bunda Jakarta, Jumat (26/6). Ira mengatakan, normalnya kejang hanya berlangsung sebentar hingga 1 menit. Jika lebih dari itu, atau kejang selama 3-5 menit bisa memicu kerusakan otak. Untuk itu, lanjut Ira, jangan biarkan kejang berlangsung lama. Segera berikan obat penurun panas pada anak. "Penting kita untuk menghitung lamanya dia kejang. Kalau 3-5 menit kejang bisa berpengaruh ke otak," jelas Ira. Meski tak banyak kasus kejang demam yang akhirnya menyebabkan anak mengidap epilepsi di kemudian hari, tetap harus diwaspadai.
Demam disertai kejang biasanya sudah tak terjadi lagi ketika anak memasuki usia sekolah. Namun, jika terjadi kejang kembali, segera lakukan pemeriksaan ke dokter. Jika anak positif epilepsi, ia pun akan diberi obat. Antiepilepsi (OAE) untuk mengontrol bangkitan. Bangkitan epilepsi pun tak hanya kejang, bisa juga tiba-tiba hilang kesadaran, bengong, hingga berteriak tiba-tiba seperti orang marah atau ketakutan.