Sepertiga Bagian Tembok Besar Tiongkok Telah Hilang

By , Kamis, 2 Juli 2015 | 20:00 WIB

Sekitar sepertiga Tembok Besar Tiongkok menghilang karena kondisi alam atau karena perusakan. Salah satu bentuk perusakan adalah pencurian batu-batu bata Tembok Besar untuk dijadikan bahan membangun rumah.Kerusakan di Tembok Besar ini tak hanya terjadi di satu lokasi, tetapi juga muncul di beberapa bagian antara Shanhaiguan di pesisir timur ke Jiayuguan di tepi Gurun Gobi. Sebagian konstruksi bangunan hancur, sementara, di beberapa titik, tumbuhan memenuhi dinding sehingga mempercepat kehancuran. Demikian laporan harian The Beijing Times."Meski sejumlah bagian tembok terbuat dari bata dan batu, tembok ini tak mampu menahan gempuran hujan dan angin," kata Dong Yaohui, Wakil Presiden Masyarakat Tembok Besar Tiongkok, kepada Beijing Times."Banyak menara yang semakin goyah dan kemungkinan akan ambruk saat hujan angin musim panas menerjang," tambah Yaohui.Selain itu, kegiatan turis dan penduduk ikut andil dalam menambah kerusakan bangunan buatan manusia yang terpanjang di dunia itu. Warga desa di kawasan Lulong, provinsi Hebei, dulu selalu mengambil batu bata berwarna abu-abu dari Tembok Besar untuk digunakan membangun rumah mereka.Sementara itu, sepotong batu bata dari Tembok Besar yang dilengkapi ukiran huruf Tiongkok dijual dengan harga 30 yuan atau sekitar Rp 65.000 oleh warga setempat.Sebenarnya, berdasarkan hukum di China, barang siapa yang mencuri bagian dari Tembok Besar dapat dikenai denda sebesar 5.000 yuan atau Rp 10,7 juta. Demikian dikabarkan harian milik pemerintah, Global Times."Sayangnya tak ada organisasi khusus untuk menegakkan aturan ini. Kerusakan hanya bisa dilaporkan ke pejabat yang lebih tinggi, dan sangat sulit memecahkan masalah tersebut saat hal itu terjadi di perbatasan provinsi," kata Jia Hailin, pejabat departemen perlindungan benda kuno di Hebei.Pembangunan Tembok Besar Tiongkok kali pertama dimulai pada tahun 3 SM. Daerah yang rusak itu, bagian dari tembok sepanjang hampir 6.300 kilometer yang dibangun pada masa pemerintahan Dinasti Ming pada 1368-1644, termasuk tempat yang kini paling banyak dikunjungi turis.