Berburu "Takjil" di Ibu Kota Myanmar

By , Kamis, 2 Juli 2015 | 07:30 WIB

Data resmi menyebutkan jumlah pemeluk agama Islam di Myanmar mencapai sekitar 4% dari total populasi yang berjumlah lebih dari 51 juta orang.Meski demikian, sejumlah perkiraan menyebutkan jumlah yang lebih besar yaitu 10%-15% dari keseluruhan penduduk.

Suasana yang agak berbeda hanya tampak di masjid-masjid di Yangon. Di ibu kota Myanmar itu, sejumlah masjid sengaja menambah waktu khotbah setelah salat dzuhur dan ashar.

Tetapi di wilayah yang mayoritas berpenduduk muslim, seperti di Mingalar Taung Nyunt Township atau setingkat kecamatan, nuansa Ramadan sangat terasa.

Seperti di Indonesia, terdapat pasar dadakan yang menyediakan berbagai makanan untuk berbuka puasa. Ratusan pedagang kaki lima mendirikan tenda di sekitar masjid dan pasar tradisional.

Beragam kudapan hingga makanan berat pun di jual. Mulai dari kurma, samosa, daging sapi, ayam goreng dan sup. (BBC Indonesia)
Kurma, samosa, sup kacang lentil

Beragam kudapan sampai makanan berat pun dijual mulai dari kurma, samosa, kue lapis, roti, puding, daging sapi dan ayam goreng. Adapun yang paling banyak diminati untuk berbuka puasa adalah sup kacang lentil atau Ben Hin.

Salah seorang pembeli, Mohammad, mengatakan menyukai sup kacang lentil karena cocok dikonsumsi saat berbuka.

“Sup ini terasa hangat di perut karena dimasak dengan beragam rempah, sangat enak” jelas dia.Mohammad tampak membeli dua bungkus sup untuk persiapan berbuka.

Pasar kaget ini biasanya buka pukul 15.00 sampai menjelang waktu maghrib.Di tempat ini, adzan dapat terdengar melalui pengeras suara dari masjid. Tetapi di wilayah lain di Yangon, suara adzan terdengar di lokasi yang sangat terbatas, yaitu hanya di lingkungan sekitar masjid.