Wah, Ada Ikatan Batin nih Antara Pencipta James Bond dan Jamaika

By Fikri Muhammad, Jumat, 19 November 2021 | 08:00 WIB
Vila Fleming di Goldeneye. (Courtesy of GoldenEye)

Di rumah seluas 15 hektar di Goldeneye yang dulu tempat pacuan keledai dibeli Fleming pada 1946 dan dinamai berdasarkan operasi angkatan laut pertamanya di sana. Tempat ini adalah saat ia menulis novel James Bond pertamanya. Fleming mengambil nama karakter dari ahli burung James Bond, yang menulis Birds of the West Indies. 

Fleming penyuka burung dan ketika melihat nama itu dia pikir itu adalah nama yang tidak romantis, normal, dan terdengar sangat maskulin. Singkatnya, itu adalah nama sempurna untuk mata-mata dalam bukunya. 

Bond yang asli, bagaimanapun, tidak menyadari bahwa namanya telah diambil alih oleh Fleming sampai tahun 1961, ketika buku-buku itu menjadi populer. Keduanya bertemu pada 1964 dan menjadi teman ketika Bond dan istrinya, Mary Wickham Bond tiba-tiba muncul ke Goldeneye. Pada tahun itu pula, Fleming meninggal karena serangan jantung di Kent, Inggris. 

Baca Juga: Para Mata-Mata yang Membocorkan Rahasia Bom Atom Ke Uni Soviet

Perkebunan kopi terbentang di Blue Mountains Jamaika yang terjal. (Getty Images)

Ann dan Ian Fleming di Goldeneye, rumah mereka di Jamaika, pada tahun 1963. (Getty Images)

Caspar Fleming, putra Ann dan Ian, mewarisi Goldeneye setelah kematian ayahnya. Ketika Caspar meninggal pada 1975, tanah itu dijual kepada Bob Marley, yang menjualnya pada tahun berikutnya kepada Chris Blackwell, produser rekaman yang menemukan Marley. Goldeneye sekarang menjadi resor seluas 52 hektar dan masih dimiliki oleh Blackwell. 

Bungalow di tepi pantai Fleming, Fleming Villa, adalah tempat ia menulis semua buku Bond-nya. Para tamu dapat menyewa gedung lima kamar tidur dan dapat duduk di meja tulis asli Fleming. Blackwell juga memiliki kebun stroberi, di mana mantan tukang kebun Fleming bernama Ramsey Dacosta masih bekerja di Goldeneye. 

"Ketika dia mulai menulis buku, kami tidak tahu apa yang dia tulis," kata Dacosta di laman Smithsonian. Dacosta mulai bekerja untuk Fleming saat berusia 18 tahun. Ia menyaksikan Fleming meninggalkan rumah dan pergi ke gazebo untuk menulis di siang hari.

"Dia menyukai nuansa (Jamaika)," kata Blackwell. "Dia sangat menyukai tanah di Goldeneye. Dia menyukai posisinya di lepas pantai dengan pantainya sendiri, dan itu sangat nyaman baginya bersama dengan pemandangan yang indah. Dia akan bangun, berenang, dan kemudian menulis dengan jendela tertutup di kamar tidur. Di sore hari dia akan berenang lagi."

Baca Juga: Kisah Arsene Lupin dan Perseteruannya dengan Sherlock Holmes