Gumpalan kertas seringkali diasosiasikan dengan bentuk otak. Dulunya, ilmuwan pernah berpendapat bahwa banyaknya “kerutan” pada otak berpengaruh pada jumlah neuron. Namun pendapat itu akhirnya dibantahkan, merujuk pada hasil laporan studi yang dimuat di jurnal Science Kamis (2/7).
Dalam laporan itu, dijelaskan bahwa jumlah kerutan pada otak tak ada hubungannya dengan jumlah neuron, tapi terkait dengan ketebalan dan luas lapisan korteks serebri.
Dengan melihat jumlah neuron, juga permukaan cortical, ketebalan, volume otak, dan jumlah kerutan, tim peneliti dari Federal University of Rio de Janeiro Brazil membandingkan seluruh faktor tersebut dari beragam spesies berbeda. Lantas, mereka menemukan satu persamaan matematika yang menjelaskan mengapa otak terlihat seperti kerutan kertas. Dari persamaan itu juga diketahui bahwa jika korteks lebih tebal maka jumlah kerutan akan lebih sedikit, namun ketika korteks lebih tipis, jumlah kerutan akan lebih banyak. Sama halnya ketika Anda mencoba meremas kertas tebal dan tipis, kertas tebal akan memiliki kerutan yang lebih sedikit daripada kertas tipis.
Meski jumlah kerutan tidak berhubungan dengan jumlah neuron, kerut kortikal mengurangi waktu yang diperlukan neuron saraf untuk bekerja, sehingga memaksimalkan fungsi kerja otak. “Semakin luas otak, semakin lama waktu yang diperlukan untuk memproses informasi. Kerutan pada otak membuatnya tetap kecil,” jelas Suzana Herculano-Haouzel, salah satu pemimpin studi.