Rahasia Di Balik Kemolekan Pulau Dewata

By , Sabtu, 4 Juli 2015 | 14:30 WIB

Apa yang terlintas dalam benak Anda ketika mendengar kata Bali? Atau mungkin apa yang membuat Anda selalu ingin kembali ke Bali? Simpan jawaban Anda dan mari meresapi di balik kemolekan Bali yang berhasil menyihir jutaan wisatawan setiap tahunnya.

Tidak diragukan lagi kecantikan alam yang dianugerahkan untuk pulau Dewata yang kondang di kancah global ini. Suguhan alam yang dihadirkan secara natural berhasil membuat Bali menjadi hebat sebagai dirinya sendiri. Hal ini tak lepas budaya penduduk yang begitu menghargai lingkungannya. Mereka bersyukur dalam kesederhanaan, teguh pada keyakinan, dan menghargai perbedaan.

Tri Hita Karana Photography Exhibition menampilkan 36 potret kehidupan masyarakat Bali yang harmonis. Gelaran mahkaarya dari tiga fotografer ini dapat disaksikan di East Lounge, Conrad Bali hingga September 2015. (Sekar Rarasati)

Kemasyarakatan Bali yang harmonis tak lepas dari Tri Hita Karana. Filosofi tradisional ini mengarahkan manusia pada jalan hidup yang membumi. Alam, manusia, dan budaya diharapkan dapat hidup selaras. Tiga unsur ini menjadi kunci utama dalam mewujudkan harmonisasi dari Tri Hita Karana, dan mereka berhasil menjalaninya.

Rahasia di balik kemolekan Bali tersebut terekam dalam suatu gelaran karya seni “TRI HITA KARANA – PHOTOGRAPHY EXHIBITION” yang diselenggarakan di East Lounge, Conrad Bali Hotels. Melalui 36 hasil bidikan kameranya, ketiga fotografer asal Bali menampilkan potret Bali yang harmonis dengan filosofinya.

Seorang pengunjung sedang menikmati "Makepung Lampit" karya I Nengah Januartha. Suatu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Bali setelah masa panen dan mempersiapkan masa menanam kembali. (Sekar Rarasati)

Sesuai tiga unsur utama Tri Hita Karana, ketiga fotografer ini hadirkan karya dalam tiga kategori. Pandu Adnyana menghadirkan lanskap di tiap sudut pulau Dewata. Salah satunya adalah terbitnya matahari di Jatiluwih, salah satu lokasi penanaman beras lokal. Kemudian I Nengah Januartha menampilkan peristiwa budaya yang jarang disaksikan secara langsung oleh publik. Sacred Legong menjadi salah satu favoritnya, menurut Janu ritual di balik tarian dan topengnya memiliki misteri yang menjadi daya tarik tersendiri. Dan terakhir, Tjandra Hutama fokus dalam menyajikan potret humanisme masyarakat Bali, mulai dari profesi penari hingga dua sosok perempuan yang sedang membasuh diri di telaga suci.

Tri Hita Karana Photography Exhibition merupakan gelaran karya seni yang ketiga dari Living Lobby Art Master Series 2015, suatu program yang dihadirkan Conrad Bali Hotels untuk memberikan pengalaman seni dan budaya kepada para tamu melalui mahakarya anak bangsa Indonesia.

Sebelumnya gelaran mahakarya batik dari Iwan Tirta sukses membuka terobosan ini, turut digelar master class membuat batik bersama sang master, asisten alm. Irwan Tirta. Tak ketinggalan di bulan paskah, peforma Wayang Shadow The Puppet Show dari I Ketut Sudiana dengan cerita “Kancil” berhasil mencuri perhatian para tamu. Dan pameran fotografi yang akan berlangsung sampai September ini menjadi gelaran ketiga. “Kegiatan ini menjadi momentum penting untuk menunjukkan betapa inspiratifnya Indonesia kepada para tamu lokal maupun asing melalui pengalaman seni dan budaya.” jelas Jean- Sebastien Kling, General Manager Conrad Bali. Untuk pagelaran selanjutnya masih menjadi kejutan yang siap mengguncang pengalaman baru para tamu.