Agama, Musik, dan Pertalian Keduanya

By , Rabu, 8 Juli 2015 | 11:30 WIB

Salah satu fenomena yang selalu dijumpai saat praktik keagamaan adalah munculnya lagu-lagu bernuansa religi, yang lebih singkat dan maklum disebut lagu religi. Musisi-musisi memanfaatkan praktik keagamaan sebagai momentum dimana lagu-lagu religi diciptakan, dimainkan dan disebarluaskan.

Contoh paling sederhana adalah bagaimana begitu banyak lagu bernuansa Islam yang muncul saat bulan Ramadhan, terutama di Indonesia. Ini dibarengi dengan tingkat konsumsi masyarakat (muslim khususnya) atas lagu-lagu tersebut. Secara serampangan, dapat disimpulkan bahwa kehadiran lagu-lagu religi merupakan pelengkap atas praktik keagamaan, dalam contoh ini Islam lewat bulan Ramadhan-nya..

Di sisi lain, praktik keagamaan kerap kali menggunakan musik sebagai media ibadah. Oleh karenanya maklum dijumpai istilah ‘syiar lewat syair’.

Korelasi antar agama dan musik semakin lekat, bahkan membentuk sebuah aturan dan mekanisme baru ketika agama memasuki ranah musik, maupun musik yang mengambil tema keagamaan.

Bertolak dari hal di atas, Laras Studies of Music in Society ingin mendalami hal tersebut, yang bermuara pada diselenggarakannya forum diskusi  Preliminary Notes #4, “What if God was One of Us: Korelasi Musik dan Agama” . Bekerja sama dengan Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjosoemantri (PKKH) UGM , forum ini akan diselenggarakan pada Rabu, 8 Juli 2015 pukul 15.30 di Ruang Gong  PKKH UGM.

Forum diskusi ini akan menghadirkan dosen FIB UGM Ahmad Munjid dan praktisi musik sekaligus musisi S. M. Damar Panuluh (Noe Letto) dan terbuka untuk umum.

Dalam press release-nya, Laras menuliskan bahwa terdapat beberapa isu yang muncul dari pembahasan mengenai agama dan musik. Pertama, hal tersebut terjadi karena keterkaitan praktisi musik dalam meramaikan industri musik religi.

Kedua, musik religi menjadi bias antara kreativitas berbasis religiusitas atau sebatas permintaan pangsa pasar.

Ketiga, masyarakat secara masif mengkonsumsi alunan musik hari raya, baik yang bersifat selebratif ataupun reflektif, sebagai bagian dari ritual dalam menstimulasi ibadah mereka.

Selanjutnya ketiga hal tersebut merujuk pada pertanyaan lebih luas, seberapa esensialkah musik dalam praktik keagamaan?

Laras percaya bahwa pembahasan terkait musik dan agama akan memberikan alternatif pandangan untuk masyarakat atas musik dalam melihat agama, dan agama dalam melihat musik. Pembahasan akan menjadi pengetahuan yang holistik dalam lanskap jagad musik.