Di Sumatra, Titik Api Kian Meningkat

By , Jumat, 10 Juli 2015 | 08:30 WIB

Sementara menurut warga Aceh lainnya, Joni Rachman (27) mengaku, sejumlah wilayah di Aceh Besar dan Banda Aceh sempat diguyur hujan lebat hari Sabtu (4/7).

“Sejak awal Ramadan cuaca panas sekali, baru kemarin hujan seharian, Aceh diguyur hujan, Alhamdulillah.”

Petugas-petugas gabungan meyerukan pelaku korporasi dan warga di Sumatera dan Kalimantan tidak melakukan pembukaan lahan dengan cara pembakaran karena bisa mengakibatkan kebakaran hutan dan menimbulkan bencana asap yang cukup merugikan.

Baru-baru ini, Presiden RI Joko Widodo menyatakan tekadnya, tahun 2015 menjadi tahun prioritas kinerja pemerintahannya dalam menekan dampak bencana asap di tanah air.

“Ada masalah-masalah yang setiap tahun selalu berulang, masalah gambut yang terbakar, itu yang mau kita selesaikan. Kalau lapangannya kita kuasai , dan masalahnya kita ketahui memutuskannya lebih mudah. Terkait (perizinan) perusahaan-perusahaan perkebunan, itu urusannya Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI,” katanya.

Kalangan aktivis lingkungan dari berbagai organiasi pro demokrasi mengaku melalui kementerian terkait telah menyerahkan dokumen-dokumen yang memuat mengenai temuan mereka terkait praktik korporasi perkebunan yang diduga menjadi penyebab kebakaran lahan gambut dan hutan di Sumatera dan Kalimantan. Aktivis mendesak pemerintah proaktif menindaklanjuti laporan tersebut.

Analis mengatakan, pada tahun 1997 akibat dampak El Nino disertai kemarau panjang yang memicu kekeringan di Australia, Afrika dan sebagian besar Asia. Gagal panen menyebabkan kerugian mencapai US$ 35 Miliar di seluruh dunia. El Nino juga memicu kebakaran hutan dan lahan yang menimbulkan bencana kabut asap parah, menyebabkan wilayah Asia Tenggara mengalami kerugian sekitar US$ 9 miliar karena ditundanya perjalanan udara dan aktivitas-aktivitas bisnis lainnya.