Dalam beberapa tahun terakhir, ada isu penting yang ramai jadi perbincangan di kalangan ilmuwan: terjadinya fenomena colony collapse disorder lebah, atau penurunan jumlah koloni lebah dalam skala besar.
Dari laporan hasil studi yang dimuat di jurnal Science, dijelaskan bahwa para ilmuwan telah meneliti sebanyak lebih dari 420.000 spesies kumbang dan lebah dan menemukan bahwa dampak dari pemanasan global telah merambat hingga ke habitat lebah, membuat spesiesnya terancam kepunahan.
Perubahan iklim menyebabkan hilangnya koloni lebah dalam jumlah besar dari habitat asalnya. Dalam studi yang dilakukan beberapa waktu lalu tersebut, terungkap bahwa lebah menghilang dari wilayah habitatnya yang hangat, dan tidak pindah menyebar ke wilayah lain untuk mencari habitat baru.
Seperti halnya lebah, lebah madu juga mengalami hal yang sama. Penggunaan pestisida neonicotonoid secara berlebih juga dinilai menjadi faktor menurunnya jumlah spesies lebah madu, menyebabkan mereka mengalami disorientasi dan meningkatkan jumlah parasit.
Lebah punya peran penting di ladang-ladang: menyisip nektar dan membantu penyerbukan tanaman dan bunga saat musim berganti. Mereka juga punya “taktik” penyerbukan yang khas. Lebah berjasa dalam penyerbukan tanaman yang menjadi sumber makanan manusia, jika di masa mendatang jumlah lebah kian langka, maka sumber makanan manusia (buah dan sayur mayur) menjadi terbatas.
Untuk mencegah lebah menjadi langka, tentunya para pegiat alam dan konservasionis harus turun tangan. Membantu koloni tawon untuk melakukan migrasi adalah salah satunya.