Merdeka atau Mati

By , Kamis, 16 Juli 2015 | 10:00 WIB

Sepanjang perjalanan menuju kota, begitu banyak bendera merah-putih dimana-mana. Pemuda-pemudi bersorak riang memandang menyambut kemerdekaan yang telah diimpikan sejak lama. Namun sayang, masih ada pihak-pihak yang mencoba merebutnya.

Pada tanggal 15 September 1945, tak lama setelah proklamasi Indonesia dikumandangkan,Belanda beserta pasukan sekutu datang kembali ke Indonesia.

Awalnya mereka mengaku kedatangan ke Indonesia ini bertujuan untuk menjaga keamanan dan ketertiban Indonesia setelah selesainya pemerintahan kolonial Jepang akibat kalah di perang dunia kedua.

Ir. Soekarno (Bung Karno) didampingi Drs. Mohammad Hatta (Bung Hatta) memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia pada hari Jum'at tanggal 17 Agustus 1945 jam 10.00 pagi di Pegangsaan Timur 56 Jakarta (sekarang jalan Proklamasi). (Wikimedia Commons)

Kedatangan pihak Belanda yang diboncengi oleh sekutu awalnya diterima baik di Indonesia,namun seiring berjalanya waktu kedok mereka terbuka. Provokasi-provokasi mulai dijalankan di berbagai daerah di Indonesia,sehingga mengakibatkan bentrokan senjata dengan rakyat Indonesia.

Untungnya,Presiden Soekarno sebelumnya sudah memperingatkan rakyat Indonesia untuk berhati-hati dengan keberadaan Belanda beserta sekutunya di tanah Indonesia dalam pidatonya di Lapangan IKADA (sekarang Monas),tak lama setelah sekutu dan Belanda berlabuh di Tanjung Priok.

Berbekal semangat juang tinggi dalam mempertahankan kemerdekaan,rakyat Indonesia kemudian melawan pasukan sekutu dan Belanda dalam pertempuran-pertempuran yang kemudian dikenang dalam sejarah sebagai suatu pertempurang yang patriotik.

17 Agustus 2014 menjadi tahun ke 69 kemerdekaan Republik Indonesia. Di Ancol, Jakarta Utara ratusan batang pohon pinang yang sudah dipasangi beragam hadiah menjadi penyemangat warga sekitar untuk hadir dan memeriahkan acara panjat pinang massal. Panjat pinang sudah berlangsung sejak zaman penjajahan. Kegiatan yang dilakukan warga pribumi ini menjadi tontonan bagi orang Belanda kala itu. (Yunaidi/National Geographic Indonesia)

Salah satunya adalah peristiwa pengibaran bendera Belanda di Surabaya, tepatnya Hotel Yamato.Sejumlah pasukan Belanda mengibarkan bendera kebangsaan Belanda di atap paling atas Hotel Yamato.Kabar berkibarnya bendera Belanda,menyebar ke seluruh Surabaya dan mengakibatkan marah rakyat Indonesia melihat kelakuan Belanda yang dianggap menghina kedaulatan Indonesia.

Sempat terjadi perundingan antara pihak Indonesia yang meminta dengan baik-baik kepada pihak Belanda untuk menurunkan bendera itu.Namun permintaan pihak Indonesia ditolak,bahkan pihak Belanda menolak kedaulatan Indonesia sebagai suatu negara yang merdeka.Hal ini kemudian mengakibatkan keadaan memanas dan berujung pada pertempuran.Arek-arek Suroboyo yang sudah terbakar hatinya untuk mempertahankan kemerdekaan,dengan gigih mereka kemudian berhasil memenangkan pertempuran.

Pertempuran hebat lainya yang dijalankan rakyat Indonesia adalah Pertempuran “Medan Area” pada 15 Desember 1945. ”Merdeka atau mati!”, semboyan ini dikumandangan rakyat Sumatera Utara setelah mereka menolak ultimatum dari Belanda yang melarang rakyat memiliki senjata.Dengan semangat membara,rakyat kemudian terjun ke medan pertempuran menghalau mereka-mereka yang berniat merebut kemerdekaan Indonesia.

Sebulan sebelumnya perlawanan melawan bangsa penjajah juga terjadi di Surabaya,sikap tentara sekutu dan Belanda yang semena-mena di tanah surabaya dianaggap sebagai suatu penghinaan. Hal ini kemudian mengakibatkan lagi-lagi kontak senjata antara pasukan gabungan sekutu dan Belanda melawan rakyat.

Berbekal semangat membara,rakyat melawan sekutu dan Belanda yang bersenjata lengkap. Salah satu perwira sekutu bernama Brigadir Mallaby bahkan terbunuh,hal ini membuat geram pihak sekutu sehingga mengerahkan segenap kekuatan dari angkatan darat, laut dan udara.