Bintang yang Bernama Matahari

By , Rabu, 15 Juli 2015 | 17:20 WIB

Cahaya matahari terpancar dengan kecepatan 299.793 kilometer per detik. Kira-kira 1,08 miliar kilometer per jam—untuk menghidupi semua organisme bumi.

Awan gas yang berpusar dekat pinggiran Bimasakti melahirkan matahari kira-kira 4,6 miliar tahun yang lampau. Kini matahari merupakan bintang berukuran sedang, yang sebagian besar terdiri atas hidrogen dan helium. Intinya terbakar pada suhu 15° Kelvin, tekanan mengubah inti hidrogen menjadi helium dan menghasilkan energi sangat besar dalam proses fusi nuklir. Energinya naik dan, bersama dengan putaran serta gaya magnetik matahari, membuat permukaannya bergolak.  Pada beberapa tempat, gaya magnetik mendinginkan gas, sehingga terbentuk noda hitam yang tampak dari bumi. Banyaknya noda ini bertambah dan berkurang dengan daur 11 tahunan.

Kadang kala energi yang tertahan menyembur dari kromosfer, dan memuncratkan semburan gas, atau jurai, sejauh ribuan kilometer. Aliran partikel, yang disebut angin surya, lepas lewat garis-garis medan magnet terbuka dari dalam korona memasuki antariksa. Dayanya terasakan di bumi hanya pada kegiatan maksimum matahari. Pada saat itu badai magnet mengacaukan arah kompas, aliran listrik, serta sistem komunikasi, dan menerangi langit dengan aurora.

Lima milar tahun lagi, mathari akan memulai kematian lambat. Mula-mula mengembang lebih kurang 100 kali ukurannya sekarang, lalu mengerut sampai seperseratus besarnya sekarang. Api intinya padam, dan kemudian matahari akan menjadi abu bara hitam yang dingin.