Nationalgeographic.co.id - Ketika majalah TIME mengadakan makan malam perayaan ulang tahun ke-20 pada 1943, salah satu pendiri majalah Henry Luce menjelaskan kepada mereka yang berkumpul bahwa "kata 'periset' menjadi simbol nasional dari upaya serius." Di tengah kekhawatiran "berita palsu" saat ini tidak terbayang memeriksa sebuah artikel dapat dilakukan tanpa internet. Bagaimana praktik jurnalistik ini dimulai? Dan ternyata, cerita itu terkait erat dengan masa lalu TIME.
Antara 1923, ketika edisi pertama TIME diterbitkan pengecekan fakta jurnalistik telah berubah dari ide yang hampir tidak dikenal menjadi praktik standar di banyak majalah Amerika. Jauh sebelum pekerjaan terpisah dari para pemeriksa fakta tentu ada editor dan reporter yang akan mencari kesalahan dalam berita. Ketika jurnalisme objektif mulai berkembang cita-cita akurasi dan ketidakberpihakan mulai menjadi lebih penting dari sebelumnya.
Publikasi dalam dua dekade pertama tahun 1900-an memang memiliki operasi untuk lebih akurat, seperti "Biro Akurasi dan Permainan Adil" yang dimulai oleh Ralph Pulitzer, putra Joseph Pulitzer, dan Isaac White di New York World pada 1913. Biro ini berfokus pada keluhan, memperbaiki kecerobohan, dan membasi pemalsuan. Mereka akan melacak siapa yang membuat kesalahan. Pada saat itu, gagasan ini disebut sebagai "keberangkatan baru" oleh sebuah publikasi industri, tetapi masih berkonsentrasi pada teguran dan permintaan maaf daripada mencegah kesalahan itu agar tidak dicetak.
Meskipun sulit mengatakan contoh pertama apa yang mutlak, TIME mengeklaim sebagai pelopor, ketika majalah tersebut mulai memperkejakan orang khusus untuk memeriksa artikel supaya akurat sebelum publikasi. Sementara The New Yorker tidak mulai pengecekan yang ketat sampai 1927, menurut Ben Yagoda di karyanya berjudul About Town.
Mungkin penggunaan frasa "pemeriksa fakta" yang paling awal diterbitkan dapat ditemukan dalam iklan untuk TIME di Colliers edisi 1938. Pemeriksa fatka pertama TIME adalah Nancy Ford. Dia pernah bekerja di Wiman's Home Companion dan pada awal 1923 dipekerjakan sebagai asisten sekretaris saat Luce dan Hadden memulai publikasi baru mereka. Pekerjaan awalnya adalah menandai dan memotong artikel menarik dari surat kabar untuk penulis majalah, kemudian tugasnya diperluas untuk memverifikasi tanggal, nama, dan fakta dasar dalam artikel TIME yang telah selesai. Ford dan rekannya, semua wanita, didorong untuk menantang staf editor dan penulis yang awalnya semua laki-laki. "Yang menyenangkan adalah anda bisa mengatakan apa yang anda pikirkan," kenangnya dalam wawancara 1950-an. "Dan tidak harus menghormati."
Baca Juga: Kabar Paul Salopek, Jurnalis yang Susuri Jejak Jalur Migrasi Manusia
Pada 1930-an, pemeriksa fakta adalah langkah yang mapan bagi wanita muda yang baru lulus dari perguruan tinggi. Misalnya Content Peckham yang melamar ke TIME untuk menjadi periset setelah lulus dari Bryn Mawr. "Itu hanya hal yang harus dilakukan—semua orang melamar di TIME dan Vogue," kenangnya. Dia mulai sebagai periset sains dan kedokteran pada 1934, kemudian menjadi kepala penelitian dan wanita ketiga yang menjabat sebagai editor senior.
Pekerjaan wanita ada dua. Di minggu pertama mereka akan melakukan penelitian latar belakang, menemukan detail menarik dan bahan pendukung untuk artikel yang akan ditulis orang lain. Peckham menyebutnya "proses melingkupi sebuah cerita".
Setelah artikel ditulis dan diedit, periset akan berputar kembali dan memastikan setiap detil yang dibuat pada versi final, bahwa itu sudah benar. Meskipun mulanya masih berpusat pada fakta-fakta kecil, lama-lama pun meluas pada pekerjaan lainnya. Itu berkat Patricia Divver, kepala departemen periset TIME di awal 1940-an. "Dia adalah orang pertama yang mengajari stafnya untuk khawatir, tidak hanya tentang kebenaran fakta-fakta yang terpisah, tetapi apakah apa yang dikatakan fakta-fakta itu secara agregat masuk akal," kata Peckham.
Pandangan luas itu berarti peningkatan tanggung jawab dan wewenang bagi para periset. Selain itu, datangnya Perang Dunia II memberi tekanan besar pada mereka untuk mendapatkan berita terkini dengan benar. Tidak peduli apapun kesalahannya, para periset harus siap di telepon.
Baru pada 1971, setelah para wanita di Newsweek mengajukan keluhan kepada Federal Equal Employment Opportunity Commission atas pemisahan jenis kelamin dari pekerjaan majalah, periset TIME berganti nama menjadi reporter-periset. Pekerjaan pengecekkan fakta kemudian dibuka untuk laki-laki dan pada 1973 TIME memperkerjakan empat orang pada pekerjaan itu.