Kebiasaan kawanan ternak sapi di wilayah Kecamatan Alak, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), mungkin berbeda dengan di tempat lainnya. Bagaimana tidak? Makanan pokok ternak ini adalah tumpukan sampah yang berada di tempat pembuangan akhir (TPA).
Semua jenis sampah seperti plastik, kardus, bekas minuman gelas plastik dan berbagai sampah lainnya pun dilahap sampai habis. Kebiaasan yang aneh itu sudah dianggap hal yang lumrah bagi pemilik sapi maupun para pemulung yang setiap hari saling berbaur untuk mencari sampah.
Dua pemulung yang mendirikan kemah di sekitar TPA Alak, Yeremias Lenggu (70) dan Demus Manafe (56) ketika ditemui Kompas.com, Sabtu (18/7/2015) mengaku, kawanan sapi itu milik sejumlah warga di Kampung Lama dan Batu Kapur, Kelurahan Manulai II.
Menurut Yeremias, kawanan sapi itu sudah sejak lama makan sampah. "Awalnya hanya satu sampai dua ekor sapi saja yang makan sampah. Tapi akhir-akhir ini mulai bertambah banyak hingga puluhan ekor. Bukan hanya sapi saja, tetapi ada kambing dan babi, tetapi kelihatan sapi yang lebih monopoli," kata Yeremias yang sudah bekerja sebagai pemulung sejak 1992.
Yeremias mengatakan, sejak pagi hari sekitar pukul 09.00 Wita, saat mobil pengangkut sampah menurunkan material sampah, dia dan puluhan pemulung lain langsung menyerbu ke arah tumpukan sampah, bersama kawanan sapi yang jumlahnya lebih banyak dari pemulung.
"Kalau kita terlambat, semua sampah yang bagus dan bernilai dimakan habis oleh sapi," kata Yeremias.
Akibat tak tertarik makan rumput dan terbiasa makan sampah sambung Demus Manafe, sapi hanya mengeluarkan air pada waktu buang air besar. "Puncaknya pada Bulan November sampai Desember 2014 lalu, sekitar 25 ekor sapi mati secara mendadak karena kita duga mereka (sapi) sembarang makan sampah seperti, paku, pecahan botol hingga obat nyamuk. Selain itu, selama empat bulan, yakni September sampai Desember 2014, truk pengakut sampah tidak buang sampah di TPA ini," kata Demus.
Bahkan, lanjut Demus, yang terbaru pada Bulan Mei 2015, masih ada beberapa ekor sapi yang mati meskipun mobil pengangkut sampah telah beroperasi kembali di TPA itu. Namun begitu, para pemilik sapi tetap saja membiarkan hewan peliharaan mereka mengonsumsi sampah. Sebab, menurut Demus, sudah tidak ada lagi pilihan lain untuk pakan ternak.