Punthuk Setumbu: Mengejar Matahari Terbit di Nirwana (2)

By , Senin, 20 Juli 2015 | 11:15 WIB

Area parkir hampir penuh saat saya sampai. Tempat ini ramai sekali. Di sebelah area parkir motor disediakan musala. Nampak beberapa orang sedang beribadah di dalam. Saat saya berangkat tadi memang belum masuk waktu Subuh. Untuk pengunjung  yang lebih jauh, tentu berangkat lebih pagi lagi.

Orang-orang banyak berkerumun di loket pembelian tiket. Anak-anak, remaja, dewasa, keluarga, lokal, luar negeri berkerumun di area masuk. Selama ini saya beranggapan bahwa wisata semacam ini pasti didominasi oleh remaja, dan ternyata saya keliru, paling tidak untuk hari ini.

Harga tiket masuk area wisata Punthuk Setumbu untuk wisatawan lokal Rp15.000,- dan dua kali lipat harga lokal untuk wisatawan luar negeri. Masih berada dalam kategori terjangkau bagi pengunjung lokal. Bagi wisatawan luar negeri yang kurs mata uangnya lebih tinggi dari Indonesia, tarif tersebut tidak akan jadi masalah.

Setelah sampai di pintu masuk area wisata—dan telah membeli tiket—pengunjung dipersilahkan untuk berjalan kaki menyusuri jalan menanjak yang akan mengantarkan mereka ke puncak bukit. Butuh 10 menit berjalan menyusuri anak tangga dengan penerangan remang-remang. Tiap beberapa meter, seorang petugas berjaga untuk memastikan pengunjung tidak menemui kendala. Beberapa pengunjung berjalan menanjak mantap tanpa merasa kepayahan, tapi ada pula yang harus beristirahat di setengah jalan sembari mengatur napas.

Akhirnya, jalan kaki membuat tubuh yang tadinya kedinginan menjadi lebih hangat. Ditambah fakta kalau tak berapa lama, pengunjung akan sampai di gapura, yang menandakan kalau mereka sudah sampai.

Di atas sudah ramai, sangat ramai malah. Saya kehabisan tempat untuk mendekati pagar pembatas yang mengarah ke timur. Jauh di seberang pagar itu, langit yang masih gelap tidak bisa menyembunyikan dua gunung gagah yang berdiri berdampingan. Merapi dan Merbabu. Candi Borobudur masih malu-malu berselimut kabut, sehingga hanya nampak bagian puncaknya.

Waktu menunjukkan pukul 05.10. Di beberapa situs internet, saya menemukan bahwa waktu matahari terbit di Magelang adalah pukul 05.37. Itu berarti sebentar lagi semua mata akan menatap ke timur. Semua lensa akan menyorot ke arah yang sama.

Di bukit ini juga disediakan tempat duduk bagi mereka yang ingin melepas lelah. Sembari menikmati bekal yang mereka bawa atau beli di warung yang terletak di dekat gapura masuk. Sekelompok pemuda nampak sedang menikmati kopi sembari bercengkrama di salah satu sudut bukit.