Berhenti Konsumsi Obat, Gadis Prancis Ini tak Tunjukkan Gejala HIV

By , Rabu, 22 Juli 2015 | 07:30 WIB

Seorang remaja perempuan berusia 18 tahun asal Prancis tak menunjukkan gejala HIV meski berhenti mengonsumsi obat selama 12 tahun.

Para dokter mempresentasikan rincian kesehatannya pada konferensi International Aids Society (IAS) di Vancouver, Kanada. Ini adalah laporan pertama di dunia yang menunjukkan remisi-jangka panjang HIV pada pasien anak.

Para pakar menekankan perlunya penelitian besar untuk mengetahui mengapa beberapa pasien bisa terus mengendalikan virus meski pengobatan berhenti.

Remaja itu lahir pada 1996 dan mendapat HIV dari ibunya - antara pada saat kehamilan atau pada saat kelahiran. Pada usia tiga bulan, dia mendapat obat anti-retroviral. Namun, keluarganya memutuskan untuk menghentikan pemberian obat saat si pasien berusia hampir enam tahun.

Selang 12 tahun kemudian, jumlah virus dalam aliran darahnya terlalu sedikit untuk bisa tercatat, meski dokter mengingatkan kondisi ini bisa berubah. Dokter Asier Saez-Cirion dari Institute Pasteur di Paris mengatakan, "Sangat mungkin gadis ini mengalami remisi virus selama itu karena dia menerima obat anti-retroviral segera setelah infeksi terdeteksi.

"Dengan kasus yang pertama tercatat ini, kami menemukan bukti bahwa remisi jangka panjang mungkin terjadi pada anak-anak, seperti pada orang dewasa. Namun, kasus-kasus seperti ini masih sangat jarang. Remaja ini hidup normal. Kasusnya unik tapi nyaris tak tercatat, bahkan oleh ahli klinis di Prancis," kata Saez-Cirion.

Dua tahun lalu, seorang anak perempuan di Amerika Serikat--yang kemudian dikenal dengan nama "Bayi Mississippi"--menunjukkan tanda-tanda bebas dari HIV. Tapi remisinya hanya bertahan selama dua tahun sejak pengobatan dihentikan.

Dokter Saez-Cirion juga memimpin penelitian pada 14 pasien dewasa yang juga dikenal sebagai kelompok Visconti. Kelompok ini juga tak menunjukkan kembalinya virus meski pengobatan dihentikan. Salah satu pasien bahkan bisa mengendalikan virus dalam tubuhnya selama 13 tahun.

'Menginspirasi'

Profesor Sharon Lewin dari Universitas Melbourne di Australia mengatakan, "Kasus remaja Prancis ini menunjukkan bukti kuat akan pentingnya pengobatan anti-HIV sedini mungkin. Ini kisah yang menginspirasi buat semua orang yang bekerja di bidang ini, dan buat semua orang yang menyandang HIV."

Profesor Lewin menambahkan, "Meski kasus ini penting, saya sangat percaya bahwa untuk menemukan obat yang bisa menyembuhkan HIV, kita masih butuh penelitian besar yang bisa memastikan siapa yang bisa menghentikan terapi anti-viral dan mengendalikan virus.

Satu kasus saja tak bisa memastikan itu. Kita harus mengembangkan tes yang kuat untuk mengukur virus dalam jumlah yang sangat kecil atau menemukan cara yang lebih baik untuk kontrol pasca-pengobatan.

"Jika kita memiliki tes seperti itu, akan sangat membantu uji klinis di bidang HIV."

Ahli virus Prancis, Francoise Barre-Sinoussi, yang memenangi penghargaan Nobel karena telah mengidentifikasi HIV juga mendukung pentingnya penelitian besar.

Lewin berujar, "Kita harus mencoba menemukan kasus serupa dan menentukan penandanya, untuk melihat apakah kita bisa memprediksi remisi.

"Kasus bayi Mississippi tentu sangat mengecewakan untuk si anak dan keluarganya. Tapi kita belajar sama banyaknya baik dari data negatif maupun positif. Ini menunjukkan bahwa sains tentang HIV semakin matang."