Chikungunya Mulai Menginvasi Amerika Serikat

By , Rabu, 22 Juli 2015 | 08:30 WIB

Nyamuk yang biasanya hidup di daerah tropis kini menyebar ke utara. Mereka menuju Amerika Serikat dengan membawa demam berdarah dan chikungunya, virus yang menyebabkan demam, menggigil, sakit kepala, dan nyeri sendi yang dapat bertahan selama bertahun-tahun.

Chikungunya yang penyebaran utamanya di Afrika, telah berubah dalam satu dekade terakhir menjadi ancaman global. Penyakit yang dalam bahasa Afrika berarti “untuk berjalan membungkuk” ini dibawa oleh nyamuk macan dan nyamuk Aedes aegypti, dua spesies yang menyebar ke wilayah-wilayah baru di seluruh dunia. Nyamuk ini juga membawa demam berdarah, yang meyebabkan gejala seperti flu parah dan menginfeksi 100 juta orang di seluruh dunia dalam setahun.

Para peneliti di Universitas Oxford menciptakan peta distribusi global dari dua spesies tersebut, dan menemukan konsentrasi pertumbuhannya di Cina, Eropa selatan, Brasil, Meksiko, dan Amerika Serikat Sejauh ini, invasinya telah menghasilkan lebih dari 1 juta infeksi chikungunya di Amerika Latin dan Karibia , serta 11 kasus di Florida.

Lebih dari 2.300 orang Amerika jatuh sakit tahun lalu setelah melakukan perjalanan ke daerah tropis. Kebanyakan orang sembuh setelah menderita sakit selama beberapa minggu, meskipun beberapa kasus di antaranya berkembang hingga mengalami nyeri sendi kronis. Jika ibu hamil terinfeksi, janin mereka dapat mengalami masalah neurologis. Para peneliti memperingatkan bahwa virus mungkin bermula di Florida dan menyebar ke utara.

Nyamuk beradaptasi dengan daerah beriklim sedang atau merespon pemanasan global. Chikungunya, menurut ahli penyakit menular Stephen Higgs pada Popular Science, "bisa tersebar luas di AS," Saat ini belum ada vaksin atau obat untuk chikungunya maupun demam berdarah.