Bagaimana Kapal Bernavigasi Dalam Kabut?

By , Kamis, 23 Juli 2015 | 14:00 WIB

Kabut pekat dan malam kelam berawan dahulu merupakan masalah gawat bagi para pelaut yang berlayar dengan pedoman pantai ataupun langit. Tetapi, peralatan radar dan sonar modern kini mampu melihat menembus awan tebal, dan memungkinkan kapal melaju tanpa keraguan. 

Dengan mengukur waktu terpantulnya gelombang radio, peralatan radar menemukan benda-benda dalam suatu jarak tertentu dari kapal dan menghasilkan peta visual benda-benda itu. Alat penduga kedalaman menggunakan denyut ultrasonik, yang dipancarkan ke dasar laut dan menangkap pantulannya guna mengukur kedalaman air dalam meter atau fatom (1 fatom adalah sekitar 1,8 meter). Bersama dengan peralatan loram penentu posisi, "mata" mekanik ini memberikan data terus-menerus. Tanpa kemungkinan melihat apa pun, navigator mampu menghindari karang dan pulau, menentukan letak selat, dan memberikan banyak ruang gerak di laut kepada kapal lain. 

Menduga Kedalaman 

Sebuah penduga kedalaman dengan sonar, atau dengan gema, memancarkan gelombang bunyi dan mengukur waktu kembalinya gelombang itu. Komputer mengalikan waktu kembali ini dengan kecepatan bunyi—kira-kira 1.510 meter per detik dalam air— dan membaginya menjadi dua untuk menghitung kedalaman, dalam meter atau fatom. 

Mesin yang Dapat Melihat Jauh

Dalam keadaan yang paling pekat pun radar memperlihatkan kepada navigator apa saja yang ada di sekeliling kapal secara mendetail. Antena radar yang berputar mengirimkan semburan sinyal-sinyal radio, lalu mendengarkan gemanya. Dengan membaca kedip-kedip yang ditampilkan, operator radar yang berpengalaman mampu membentuk sebuah gambaran mental tentang daratan, kapal, dan benda-benda lain di sekitar kapal. Sayang, bahwa radar tidak menangkap pantulan kapal layar atau kapal yang terbuat dari kaca serat dengan baik, sehingga para nakhoda harus senantiasa waspada terhadap lingkungan sekitarnya.

Aturan Lalu Lintas Laut

Di samping peralatan, tedapat serangkaian aturan baku bagi para navigator untuk mencegah tabrakan. Misalnya, kapal harus memasang lampu berlayar dengan warna tertentu dalam posisi tertentu, agar arah serta orientasinya dapat segera terlihat.

Di bandar dan teluk yang padat, kapal-kapal mengikuti tertib umum untuk menggunakan dan memberikan hak jalan. Kapal yang berpapasan harus berbelok kanan. Kapal yang akan mendahului kapal lain harus membunyikan peluitnya dan menggunakan sisi yang lebih longgar.