A Liong menyambut saya dengan lambaian tangan. Senyumnya lebar, membuat matanya yang memang sipit kian menyerupai garis melengkung. Pria berusia 43 tahun ini adalah salah seorang pemilik keramba budi daya ikan napoleon di Desa Air Sena, Kecamatan Siantan Tengah, Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau.
A Liong memiliki 15 lubang keramba dengan kapasitas total 4.000 ekor ikan napoleon. Saat pertama kali menekuni usaha keramba pada 1990, A Liong masih berstatus karyawan, alias hanya sebagai pekerja. Sepuluh tahun kemudian, barulah ia memberanikan diri untuk mandiri, dengan modal "cuma" Rp50 juta.
Awalnya, petani keramba di Air Sena mengambil bibit napoleon dari perairan Natuna. Setelah warga mencoba mencari bibit di kawasan Air Sena dan sekitarnya, ternyata bibit napoleon di sini jauh lebih banyak. "Mengambil bibitnya menggunakan tangkul [kelambu]," kata A Liong. Bibit napoleon yang dijaring untuk dibudidayakan, tambah A Liong, berukuran sekitar dua sentimeter.
"Budi daya ikan napoleon ini paling gampang. Cuma, yang perlu hati-hati ketika bibit belum berumur satu tahun. Perlu perawatan; makannya harus dijaga, mesti dikasih makan kepiting. Kepiting cangkangnya harus dibuka, lalu dagingnya dicincang atau ditumbuk. Jika dikasih makan ikan, tingkat kematiannya tinggi. Tapi setelah satu tahun, gampang. Tarok di keramba kayak gini, kita kasih pakan [ikan] aja," A Liong menjelaskan, di tengah suara kecipak air yang dilampang oleh ribuan ikan napoleon yang tersebar di lubang-lubang keramba miliknya. A Liong melanjutkan, angka kematian napoleon amat kecil. Penyakit juga tidak ada.
Napoleon (Cheilinus undulatus) atau dikenal luas sebagai humphead maori wrasse merupakan golongan ikan karang. Sebelum diberi nama napoleon, warga Air Sena dan kebanyakan orang di Kepulauan Riau menyebutnya ikan ketipas. Meski harganya mahal—A Liong pernah merasakan manisnya hasil budi daya napoleon yang pernah mencapai harga 180 dolar Singapura per kilogram—menurut A Liong, penduduk Kepulauan Riau pada umumnya tidak menyukai rasa dagingnya.
Dalam pengamatan saya, sebagian besar ikan di kerambanya sebesar betis orang dewasa, dengan panjang sekitar 50 sentimeter, bahkan lebih. Menyenangkan sekali melihatnya. Sayangnya, sebagian besar ikan-ikan justru sudah terlalu tua untuk dipanen. "