Akankah Transfer Pikiran Benar-Benar Dapat DIlakukan?

By , Jumat, 24 Juli 2015 | 15:10 WIB

Sangat menggoda untuk membayangkan otak sebagai komputer biologis, dengan jaringan syaraf sebagai perangkat keras dan aktivitas listrik sebagai perangkat lunak. Jika itu terjadi, proses transfer pikiran mungkin akan layak secara teknis (meskipun tidak secara etika). Setidaknya menunggu perkembangan beberapa susunan elektroda yang sangat canggih.

Membebaskan pikiran dari materi, begitu sulit, dan tidak bisa dilakukan. "Pikiran itu sendiri berada di dalam struktur materi," kata Charles Higgins, ahli syaraf dan insinyur listrik  dari University of Arizona. "Pikiran berada dalam interkoneksi dari 100 miliar neuron, dan dalam bentuk individu dari neurotransmiter dan reseptor."

 Bahkan jika ahli bedah bisa berhasil transplantasi otak, mereka harus mentransfer sumsum tulang belakang juga, atau muncul resiko pengupasan memori otot seumur hidup pasien.

Salah satu solusi, kata Higgins, dapat melibatkan kloning. Sebuah kloning sistem saraf pusat yang secara struktural identik mungkin dapat dirangsang dengan sinyal-sinyal listrik yang meniru aslinya. Namun, kloning manusia itu sendiri masih menjadi fiksi ilmiah, dan ahli saraf sejauh ini baru mampu memetakan hubungan hanya antara sekitar 100.000 neuron,  setara dengan jumlah neuron pada otak cacing atau ikan.

Apa yang dapat dilakukan oleh ilmuwan hari ini adalah menyediakan otak in situ. Misalnya, para peneliti dari Columbia University yang menanamkan stimulator dalam otak pada orang dengan pengobatan anti depresi berat. Ketika mereka mengirim impuls listrik ke daerah yang tepat, gejala pasien langsung berkurang. Setelah dua tahun, satu orang melaporkan bahwa depresi telah menghilang sama sekali.

Setelah ilmuwan merangsang otak lebih banyak pasien, mereka bisa menemukan kemungkinan lain. "Kita mungkin tanpa sengaja menemukan, seperti percobaan untuk menghentikan kejang epilepsi seseorang, bahwa kita dapat merangsang pola di korteks visual untuk menciptakan memori," kata Higgins.

Jadi harapan tubuh akan abadi masih ditangguhkan. Tapi dengan waktu yang cukup, dan banyak eksperimen, manusia mungkin menemukan cara untuk memuat kenangan dan belajar keterampilan seperti karakter dalam The Matrix.