Menyingkap Rahasia "Aksi Houdini" dari Safir Laut

By , Sabtu, 25 Juli 2015 | 18:30 WIB

Menghilang, muncul, lalu dapat tiba-tiba menghilang lagi, muncul lagi. Artikel ini bukan sedang menuliskan tentang sulap, melainkan sedang membahas tentang safir laut. Jika anda berkesempatan melihat mereka, maka anda sedang melihat mahkota permata dunia bawah bawah laut.

Makhluk warna-warni ini dikenal dengan nama ilmiah Sapphirina copepoda. Mereka dapat muncul dalam warna, mulai dari biru neon sampai emas cerah. Para peneliti telah lama bertanya-tanya bagaimana copepoda dapat melakukan aksi Houdini, di mana mereka dapat menghilang dari pandangan dengan satu gerakan (klik di sini untuk meilhat video).

Tapi peneliti di Weizmann Institute of Science di Israel akhirnya menemukan rahasianya. " lapisan bolak-bail dari kristal guanin berbentuk heksagonal dan sitoplasma," menurut sebuah penelitian yang mereka terbitkan bulan lalu dalam Journal of American Chemical Society.

Dalam istilah awam, ini berarti copepoda memiliki lapisan sarang lebah berbentuk "kristal," cairan yang juga berkontribusi terhadap kemilau yang terlihat pada sisik ikan. Ketika safir laut bergerak, sudut cahaya menghasilkan efek reflektif berwarna-warni. Lapisan kristal yang berbeda ukuran pada spesies yang berbeda menghasilkan berbagai warna.

Dalam catatan New Scientist, safir laut tampak menghilang ketika miring ke sudut 45 derajat, menjauh dari matahari. Hal ini menyebabkan cahaya yang dipantulkan "tergelincir ke dalam spektrum ultraviolet," yang tidak terlihat oleh manusia. Namun para peneliti yang melakukan penelitian itu belum memberikan komentar untuk itu.

Hal mengejutkan lain adalah, Hanya safir laut laki-laki yang menampilkan efek tersebut. Safir laut perempuan secara tembus cahaya secara eksklusif, yang berarti mereka jarang, atau tidak pernah terlihat oleh mata manusia.

"Sebuah pertanyaan yang menarik yang masih tersisa adalah, apakah perbedaan warnanya genetik dan membuat setiap laki-laki lahir dengan warna yang telah didefinisikan, atau apakah mereka dapat mengontrol refleksi warna," ujar Lia Addadi, penulis pendamping penelitian kepada New Scientist.

Wired UK mencatat bahwa penerapan atas penemuan ini bisa membantu penelitian biomimikri, termasuk pencarian atas jubah tak terlihat yang sulit dipahami hingga saat ini.