UGM akan Gelar Simposium Nasional Penelitian Kelautan dan Perikanan

By , Sabtu, 25 Juli 2015 | 17:30 WIB

Departemen Perikanan, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta akan menggelar Simposium Nasional Penelitian Kelautan dan Perikanan pada 7 Agustus 2015. Simposium ini bertujuan untuk membahas sistem berkelanjutan produksi dan konsumsi perikanan.

Hal ini didasari fakta bahwa ikan adalah sumber utama mata pencaharian bagi banyak negara, khususnya di negara-negara berkembang. Laporan dari Food and Agriculture Organization (FAO) baru-baru ini menunjukkan bahwa jumlah total nelayan tangkap dan nelayan budidaya di seluruh dunia mencapai 58.272.000 orang. Dari jumlah tersebut, 84,16% merupakan penduduk Asia. Dalam catatan Badan Pusat Statistik pada 2013, jumlah nelayan di Indonesia mencapai 2,1 juta jiwa, dimana 864 ribu adalah nelayan tangkap, dan sisanya adalah nelayan budidaya.

Masih menurut FAO, produksi ikan global mencapai 158 juta ton pada tahun 2012, terdiri dari 91.300.000 ton dari perikanan tangkap dan 66.600.000 ton dari budidaya. Budidaya ikan adalah industri yang berkembang paling cepat, dan pertumbuhan produksinya telah mampu mengungguli produksi daging. Dari produksi ikan global saat ini, 136.200.000 ton ikan digunakan langsung untuk konsumsi manusia dan sisanya untuk keperluan seperti bahan baku pakan ikan dan ternak. Indonesia merupakan salah satu pemain kunci dalam perikanan global. Untuk perikanan tangkap, Indonesia menempati peringkat kedua setelah China, dan untuk budidaya, Indonesia menempati urutan keempat setelah China, India, dan Vietnam.

Rata-rata konsumsi ikan dunia terus meningkat, dari hanya 6 kg / kapita pada tahun 1950, menjadi 19,2 kg pada tahun 2012, dan karena itu total konsumsi ikan meningkat dari 50 juta ton pada awal tahun 1960 sampai hampir tiga kalinya saat ini. Sementara, pendapatan bersih ekspor produk perikanan terus berkembang, dari $ 5 miliar pada tahun 1985, menjadi US $ 22 miliar pada tahun 2005, dan mencapai $ 35,3 miliar pada tahun 2012.

Nilai perdagangan komoditas perikanan jauh lebih tinggi dari komoditas pertanian lainnya seperti kopi, karet, kakao, beras dan daging. Ini menjadikan ikan sebagai yang paling berorientasi pasar kegiatan/produk. Konsekuensi, produksi ikan harus memenuhi permintaan ikan untuk dikonsumsi maupun kebutuhan lainnya.